BEGINILAH KEHEBATAN IMAM SYAFII, TAPI ADA SAJA YANG MEMBENCINYA

BEGINILAH KEHEBATAN IMAM SYAFII,  TAPI ADA SAJA YANG MEMBENCINYA

 

Artikel ke-1.360

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

 

Islam adalah peradaban yang memadukan ilmu dan akhlak secara harmonis. Seorang ilmuwan muslim harus memiliki akhlak mulia. Tanpa akhlak mulia, sang ilmuwan diragukan keabsahan ilmunya. Dalam ilmu hadits, ulama-ulama yang zalim,  dilemahkan periwayatannya.

Karena itulah, jika kita menyebut seorang ulama sebagai “imam”, maka sang imam itu bukan hanya dikenal kehebatan ilmunya, tetapi juga kehebatan akhlaknya. Inilah yang kita kenal pada diri seorang Imam Syafii. Beliau dikenal sebagai ahli ibadah dan guru yang hebat dalam mengajarkan ilmunya.

Itulah riwayat hidup Imam Syafii yang hingga kini, pemikiran-pemikirannya begitu banyak diikuti oleh kaum Muslimin sepanjang zaman. Imam Syafii meninggal pada malam Jumat di hari terakhir bulan Rajab, 204 Hijriah. Bukan hanya kalangan Ahlu Sunnah yang mengagumi Imam Syafii. Sejumlah tokoh Mu’tazilah, seperti al-Qadhi Abdul Jabbar dan Ibn al-Ikhshadh juga bermadzhab Syafii.

Riwayat Imam Syafii dan para ulama besar lainnya sangat perlu kita ambil hikmahnya dalam rangka mengarungi kehidupan di zaman ini. Para ulama itulah yang menjadi pewaris para Nabi. Melalui para ulama itulah, kita mewarisi agama Islam. Kita mewarisi al-Quran dan hadits Nabi melalui para ulama, sejak zaman sahabat Nabi saw hingga periode para Imam mazhab, dan para ulama-ulama berikutnya.

Tanpa mereka, kita tidak mampu mewarisi dan menerapkan Islam dengan baik. Para ulama kemudian merumuskan berbagai bidang keilmuan – seperti ilmu lughah, ilmu tafsir, ilmu fiqih, ilmu ushul fiqih, ilmu hadits, dan sebagainya – untuk memudahkan umat dalam memahami dan mengamalkan Islam. Kita akan sangat kesulitan untuk menentukan mana bagian shalat yang merupakan syarat, rukun, dan sunnah, bila tidak dibimbing oleh para ulama.

Karena itu, Islam sangat memuliakan harkat ulama dan ilmu. Islam tegak diatas ilmu. Jika ilmu agama rusak, maka rusaklah ulama, dan kemudian otomatis, akan rusaklah masyarakat. Karena itu, salah satu masalah serius yang diakibatkan dalam kegiatan orientalisme dalam studi Islam adalah rusaknya ilmu-ilmu Islam. Salah satu caranya adalah dengan meruntuhkan otoritas ulama. Dan Imam Syafii menjadi salah satu sasaran tembak yang strategis.

Dalam kajiannya terhadap buku-buku Nasr Hamid Abu Zayd --  terutama buku “Al-Imam al-Shafii wa Ta’sis al-Aidiyulujiyyah al-Wasathiyyah”,  peneliti INSISTS Dr. Henry Shalahuddin menemukan semangat kebencian yang sangat tinggi dari Abu Zayd terhadap Imam Syafii. Sosok Imam Syafi’I, oleh Abu Zayd digambarkan sebagai sosok ulama yang oportunis (penjilat) terhadap para penguasa Bani Abasiyyah. Keoportunisan Imam Syafii dikaitkan dengan kepergian beliau ke Mesir setelah diangkatnya al-Makmun sebagai khalifah dinasti Abbasiyyah. Oleh Abu Zayd, beliau dituduh memilih Mesir sebagai tujuannya semata-mata karena pada saat itu gubernurnya adalah orang Quraisy.

 

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/beginilah-kehebatan-imam-syafii,--tapi-ada-saja-yang-membencinya

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait