Artikel ke-1.388
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Sebelum wafatnya, Ustadz Syuhada Bahri (Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia, 2007-2015), berkirim pesan penting kepada saya. Isinya, tiga pesan Mohammad Natsir kepada para dai, yaitu: (1) niat ikhlas selalu dalam dakwah (2) harus tahu sekarang ini “pukul berapa” (3) para dai harus berbenteng di hati umat.
Itu artinya, para dai, disamping harus menjaga keikhlasannya, juga harus memahami benar dinamika sosial yang sedang terjadi, serta memahami bagaimana menyikapinya dengan benar dan tepat. Pimpinan Dewan Da’wah pun perlu mengkaji situasi sosial politik dengan cermat, baik masa lalu, masa kini dan masa datang.
Ikhlas bukan kerja gampang. Ujian keikhlasan bagi para dai sangat besar. Para dai biasanya diuji dengan berbagai tantangan. Biasanya, awalnya berupa tantangan kekurangan materi. Pada tahap ini berbagai tawaran untuk melakukan sesuatu yang bertentangan hati-nuraninya acapkali berdatangan. Misalnya, diminta dukung-mendukung dan puji-memuji orang-orang tertentu yang tidak sesuai dengan tuntunan Islam.
Dalam memilih pemimpin, misalnya. Islam memiliki panduan yang jelas. Pilih yang terbaik dari yang ada. Jangan memilih karena kepentingan pribadi atau golongan, padahal yang dipilihnya itu bukanlah yang terbaik. Tentu kriteria terbaik harus didasarkan pada ilmu. Ini godaan dan ujian keikhlasan yang berat.
Setelah materi dan popularitas tercapai, ujian berikutnya adalah kesombongan dan iri hati (dengki). Setan sangat paham bagaimana menyesatkan manusia. Setan senantiasa mencari jalan untuk menyesatkan manusia dari berbagai arah. Karena itulah, para pejuang dakwah harus senantiasa menguatkan hubungan dengan Allah, agar selamat dari tipudaya setan.
Pesan kedua Pak Natsir, “harus tahu sekarang pukul berapa”. Ini bermakna, kita harus tahu, sampai dimana kita sekarang dalam melaksanakan perjuangan. Dalam beberapa kesempatan tatap muka dengan para dai di daerah-daerah, saya menyampaikan pentingnya memahami sejarah dengan baik. Begitu pula memahami kondisi sekarang, dan juga tujuan dakwah yang mau kita capai.
Jangan melihat kondisi dan situasi hanya pada aspek kegagalan saja. Banyak aspek dakwah yang telah dicapai oleh para pejuang terdahulu. Tidak semuanya gagal. Kita bersyukur, Pak Natsir telah mewariskan begitu banyak lembaga pendidikan dan sosial. Banyak masjid, pesantren, dan juga universitas yang pernah didirikan oleh Pak Natsir dan para pejuang dakwah lainnya.
Itu satu prestasi dakwah, meskipun ada sejumlah kekurangan. Jangan hanya melihat kekurangannya, tetapi juga patut disimak keberhasilannya. Dengan begitu kita bisa bersikap adil dan tepat dalam memahami kondisi dan situasi serta mampu merumuskan perencanaan program-program dakwah yang baik.
Pesan Pak Natsir ketiga, agar para dai senantiasa berbenteng di hati umat! Tentu saja, para dai harus senantiasa memahami gerak dan perasaan umat. Sebab, tujuan utama dakwah adalah memperbaiki kondisi diri, keluarga, umat dan bangsa. Adalah kewajiban para dai untuk senantiasa peduli dan merasakan gejolak dinamika umat.
Lanjut baca,
https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/menyambut-2023,-ingat-tiga-pesan-pak-natsir