Artikel Terbaru ke-2.050
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Alhamdulillah, tahun 2024 ini, saya kembali berkesempatan menemani para santri Pesantren At-Taqwa Depok, melakukan kegiatan Rihlah Ilmiah ke Malaysia. Kali ini agak berbeda. Rihlah Ilmiah kali ini dilakukan bersama tiga pesantren/sekolah Islam lainnya, yaitu: Athirah School Bone, Pesantren Elkisi Mojokerto, dan SMA Insan Cendekia Baitul Izzah Nganjut.
Ada lebih dari 40 santri/pelajar SMA yang mengikuti acara Rihlah ke Malaysia dari empat lembaga pendidikan Islam itu. Mereka menyampaikan presentasi di sejumlah kampus dan lembaga kajian. Rata-rata usia mereka masih 17 tahun. Tapi, topik-topik yang mereka teliti dan mereka tulis menjadi makalah merupakan masalah-masalah yang serius.
Keikutsertaan para pelajar SMA dari beberapa lembaga pendidikan Islam itu juga semakin mengokohkan konsep pendidikan unggul yang telah menjadi tradisi dalam sejarah pendidikan Islam. Hal itu saya sempaikan dalam acara Seminar Internasional tentang Konsep Pendidikan Unggul di Malaysia, pada 13 November 2024. Dalam seminar tersebut, Prof. Wan Mohd Nor Wan Daud bertindak sebagai pembicara utama dan saya mendampingi beliau.
Dengan Rihlah Ilmiah yang kelima ini, semakin jelaslah konsep pendidikan unggul yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah saw dan dilaksanakan modelnya dari generasi ke generasi. Konsep pendidikan uggul itu adalah “ta’dib”, yang dirumuskan dalam ungkapan Umar bin Khathab r.a.: “Beradablah kemudian berilmulah!”
Kapan saja rumusan itu diterapkan dengan tepat, insyaAllah, akan melahirkan genarasi gemilang, sebagaimana terjadi di zaman Nabi, Shalahudin al-Ayyubi, dan sebagainya. Kehadiran lebih dari 40 santri/pelajar Indonesia yang masih belia dan berani menyampaikan gagasan mereka dalam bentuk makalah ilmiah, diakui sebagai salah satu bukti, bahwa konsep pendidikan unggul itu bukanlah satu angan-angan kosong. Konsep itu sudah terbukti keunggulannya.
Adalah Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas yang mengangkat konsep ta’dib dalam Konferensi Pendidikan Islam di Mekkah tahun 1977. Ta’dib adalah proses penanaman adab dalam diri seseorang sebagai individu manusia, sebagai hamba Allah dan khalifatullah fil-ardh. Secara keilmuan, maka para santri/pelajar harus mengutamakan ilmu-ilmu fardhu ain yang dilengkapi ilmu-ilmu fardhu kifayah.
Jadi, tugas universitas sejatinya bukan hanya menyelenggarakan perkuliahan secara formal, lalu memberikan ijazah dan gelar akademik di akhir perkuliahan. Tetapi, tugas pesantren, sekolah, atau perguruan tinggi Islam adalah mendidik para santri/pelajar dan mahasiswanya menjadi manusia-manusia yang baik. Sungguh rugi, jika mahasiswa kuliah hanya diberikan wawasan keilmuan dan ketrampilan tertentu, tetapi tidak diberikan proses penanaman nilai-nilai kebenaran dan keadilan secara sungguh-sungguh.
Jadi, setelah lima kali Rihlah Ilmiah ke Malaysia, maka semakin kokohlah bukti nyata tentang ketepatan konsep ta’dib dalam melahirkan anak-anak yang beradab dan memiliki budaya literasi tinggi. Memang, salah satu kewajiban orang tua kepada anaknya, kata Rasulullah saw, adalah mendidik anaknya agar semakin baik adabnya (wa-yuhsina adabahu).
Lanjut baca,