Oleh : Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Hari ini (22/8/20201) saya mengisi dua acara melalui media zoom. Pagi hari, mengisi ceramah tentang pendidikan keluarga ideal di masa pandemi Covid-19. Pesertanya, para wali murid sebuah SD Islam di Kota Bandung. Kedua, di malam hari, saya mengisi kuliah tentang Islamic Worldview pada para mahasiswa yang mengikuti program tahfidz al-Quran.
Islamic worldview (Pandangan Hidup/Pandangan Alam Islam) adalah pandangan Islam terhadap realitas – baik realitas yang terindra atau pun yang tidak terindra. Cara pandang, sikap, dan perilaku seorang manusia ditentukan, bagaimana cara dia memahami suatu objek yang “dilihatnya”.
Salah satu ciri khas Islamic Worldview adalah cara pandangnya terhadap suatu objek secara integral. Integral, artinya melibatkan aspek fisika dan metafisika. Islam senantiasa memahami objek dengan melibatkan dimensi Ilahiyah dan ukhrawiyah.
Dalam diskusi dengan mahasiswa malam ini pun muncul lagi pertanyaan tentang childfree. Saya sampaikan, bahwa sebelum sampai pada sikap “tidak mau punya anak, meskipun berpeluang – maka perlu dicermati dulu apa worldview-nya. Apa pandangannya terhadap Tuhan (Allah SWT) dan Nabi Muhammad saw?
Apakah ia memandang Allah SWT berhak mengatur hidupnya atau tidak? Apakah dia memandang bahwa Allah punya ajaran yang mengatur soal anak atau tidak? Apakah ia memahami bahwa Nabi Muhammad saw itu perlu dijadikan uswah-hasanah atau tidak?
Lalu, apakah ia juga memandang bahwa ia memiliki kedaulatan penuh atas tubuhnya? Apakah ia memahami bahwa tubuhnya itu miliknya dan dia pun berhak menggunakannya semaunya sendiri? Atau, apakah dia memahami bahwa tubuhnya adalah milik Allah, dan ia hanya menerima amanah untuk menggunakannya sesuai kebijakan dan tuntunan Allah?
Jika seorang sudah memiliki pandangan bahwa Tuhan tidak berhak mencampuri urusan hidupnya, dan ia memandang bahwa tubuhnya adalah miliknya sendiri, maka hal itu akan berdampak pada tindakan dan kelakuannya. Ia akan melakukan segala sesuatu sesuai hawa nafsunya. Bahkan, ia bisa merasa sudah menjadi ‘Tuhan’ yang berhak mengatur dirinya dan juga pihak lainnya.
Maka, ia merasa berhak untuk memutuskan untuk tidak memiliki anak, karena dianggap akan merepotkan. Lalu, untuk apa Allah memberikan rahim, air susu, dan sebagainya? Ia tidak memahami bahwa direpotkan oleh anak adalah ibadah. Jika ia mendidik anak dengan baik, dan anaknya menjadi anak sholeh, maka akan terus menjadi amal jariyah baginya. Doa anak yang sholeh akan terus meringankan dosa-dosanya.
Karena itulah, dalam Gurindam 12 pasal 1 ditulis oleh Raja Ali Haji: “Barang siapa mengenal Allah, suruh dan tegah-Nya tiada ia menyalah.” Artinya, jika seorang benar-benar mengenal Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa, maka pasti ia tidak mau durhaka kepada Allah. Apalagi, merasa lebih hebat dari Allah; merasa berhak mengatur diri dan hidupnya sendiri, dengan menolak diatur oleh Allah SWT.
Karena itulah, agar seseorang memiliki worldview yang benar, maka pemahamannya terhadap Allah SWT harus benar-benar benar dan kokoh. Untuk itulah, kita perlu mengenal Allah dengan seksama. Caranya, dengan memahami ayat-ayat-Nya, baik ayat-ayat qauliyah atau pun ayat-ayat kauniyah. Al-Quran banyak memerintahkan kaum muslim dan umat manusia agar berpikir tentang alam semesta, tentang lingkungan, dan juga tentang dirinya. Jika itu dilakukan dengan benar dan sungguh-sungguh, maka Allah pasti akan menunjukkan jalan-Nya. (QS al-Ankabut: 69).
Lalu, seorang muslim pun perlu memahami dengan benar konsep kenabian, khususnya konsep Nabi Muhammad saw sebagai uswah hasanah. Ketika seorang muslim berikrar, bahwa “Tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah SWT”, maka pada saat itu juga ia harus menerima semua tuntunan Nabi Muhammad saw. Sebab, beliau adalah utusan Allah; bukan sekedar utusan Kaisar atau Presiden.
Nabi Muhammad saw itu diutus untuk menjelaskan siapa Tuhan kita yang sebenarnya; bagaimana cara beribadah kepada-Nya, dan juga memberi contoh bagaimana menjadi hamba Allah yang baik; bagaimana meraih hidup sukses di dunia dan akhirat.
Nah, jika seorang sudah punya worldview yang salah, bahwa ia merasa lebih hebat dari Tuhannya dan lebih mulia dari Nabi Muhammad, maka “selesailah” urusannya. Artinya, ia sudah mengikuti contoh makhluk yang diusir dari sorga karena menolak untuk diatur oleh Allah SWT. Na’udzubillah min dzalika.
Lanjut baca,