ATASI MASALAH KEMISKINAN DARI PEMBANGUNAN AKHLAK MULIA

ATASI MASALAH KEMISKINAN DARI PEMBANGUNAN AKHLAK MULIA

Artikel Terbaru ke-2.234

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

 

Pada 2 Juni 2025, situs www.idnfinancials.com memuat berita tentang laporan terbaru Macro Poverty Outlook dari Bank Dunia edisi April 2025. Laporan ini menyebutkan 60,3% penduduk Indonesia (sekitar 171,8 juta jiwa), masih hidup di bawah garis kemiskinan hingga akhir tahun 2024.

            Meskipun turun dari 61,8% yang dicatatakan di 2023, angka ini tetap jauh berbeda dengan data Badan Pusat Statistik (BPS), yang mencatat tingkat kemiskinan nasional hanya 8,57%, atau sekitar 24,06 juta jiwa, per September 2024.

            Perbedaan signifikan ini muncul akibat metodologi pengukuran yang berbeda antara kedua lembaga.  Per September 2024, garis kemiskinan nasional per kapita ditetapkan sebesar Rp 595.242 per bulan. Dengan rata-rata rumah tangga Indonesia terdiri dari 4,71 orang, maka batas kemiskinan per rumah tangga mencapai Rp 2.803.590 per bulan.

            Garis ini pun bervariasi antar wilayah. Sebagai contoh, garis kemiskinan di DKI Jakarta mencapai Rp 4.238.886, sementara di Nusa Tenggara Timur Rp 3.102.215, dan di Lampung Rp 2.821.375.  BPS mencatat bahwa per September 2024, di luar 8,57% penduduk miskin, terdapat 24,42% yang tergolong rentan miskin, 49,29% calon kelas menengah, dan hanya 0,46% yang tergolong kaya. (https://www.idnfinancials.com/id/news/54953/kenapa-data-kemiskinan-bank-dunia-bps-indonesia-beda-jauh).

            Demikianlah kondisi angka kemiskinan yang dilaporkan oleh dua lembaga,  nasional maupun internasional. Jika kita cermati, angka pendapatan keluarga Rp 2,8 juta per bulan dengan lima anggota keluarga memang sangat minim. Batas itu benar-benar kritis. Mungkin jika garis batas itu dinaikkan Rp 4 juta saja, akan muncul angka kemiskinan yang jauh lebih besar lagi.

            Kita sangat bersepakat, bahwa kemiskinan harus diatasi dengan serius. Tapi, sekali lagi, mohon jangan lupakan masalah akhlak. Problem UTAMA bangsa kita ini adalah akhlak. Bukan masalah kemiskinan. Inilah buktinya!

            Akhlak adalah kondisi jiwa yang kokoh yang melahirkan perbuatan tanpa dipikir. Perbuatan itu keluar dari jiwa seseorang secara otomatis. Jika perbuatan itu baik, maka disebut akhlak mulia (al-akhlaq al-karimah). Jika perbuatan itu buruk disebut akhlak tercela (al-akhlaq al-madzmumah).

            Jadi, kunci pembangunan akhlak mulia adalah pembersihan jiwa (tazkiyatun nafs). Karena itu, sangat masuk akal jika lagu kebangsaan Indonesia Raya mengamanahkan: bangunlah jiwanya, bangunlah badannya!

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/atasi-masalah-kemiskinan-dari-pembangunan-akhlak-mulia

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait