Artikel Terbaru ke-2.128
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Bulan Februari 2025, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) memasuki usia 58 tahun. Itu jika dihitung dari berdirinya Yayasan DDII pada 26 Februari 1967. Tapi, jika dilihat dari perspektif sejarah perjuangan umat Islam Indonesia, sejatinya DDII telah berumur 88 tahun. Itu jika dilihat dari tonggak berdirinya Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI), pada tahun 1937.
Alkisah, pada tahun 1937, para pemimpin umat Islam Indonesia membuat langkah besar dan strategis dalam perjuangan. Mereka mendirikan satu perkumpulan bersama yang diberi nama Majelis Islam A’la Indonesia.
Ada sekitar 21 organisasi Islam yang bergabung dengan MIAI, antara lain: Sarekat Islam (SI), Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), Al-Islam (Solo), Persyarikatan Ulama (Majalengka), Hidayatul Islamiyah (Banyuwangi), Al-Khairiyah (Surabaya), Persatuan Islam (Persis), Al-Irsyad, Jong Islamitien Bond, Al-Ittahadul-Islamiyah (Sukabumi), Partai Islam Indonesia (PII), dan sebagainya.
Tujuan dari MIAI ialah: “untuk membicarakan dan memutuskan soal-soal yang dipandang penting bagi kemaslahatan umat dan agama Islam, yang keputusannya itu harus dipegang teguh dan dilakukan bersama-sama oleh segenap perhimpunan-perhimpunan yang menjadi anggotanya...”.
Tahun 1942, namanya berubah menjadi Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia). Di majelis inilah para pemimpin umat Islam melanjutkan upaya penggalangan persatuan dan perlawanan terhadap penjajahan.
Bersatu dan berpadu dalam melaksanakan perjuangan adalah kewajiban. Allah mencintai orang-orang yang berjuang di jalan-Nya dalam satu formasi yang rapi, kokoh, dan terstruktur, laksana satu bangunan yang kokoh. (Lihat: QS ash-Shaf: 4). Jadi, Allah memerintahkan kita agar jangan sendiri-sendiri dalam berjuang; jangan egois, hanya mementingkan target-target kelompok atau organisasinya sendiri.
Apalagi, sesama muslim adalah bersaudara. Sesama mukmin berkewajiban untuk mempererat tali persaudaraan dan juga saling tolong menolong: "Dan orang-orang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah kemunkaran, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. (QS at-Taubah:71).
Ukhuwah Islamiyah adalah manivestasi dari iman. Ukhuwah Islamiyah membutuhkan pengorbanan, lebih mementingkan kepentingan saudaranya sesama mukmin, ketimbang kepentingan dirinya. Ditegaskan Rasulullah SAW: “Laa yu’minu ahadukum hattaa yuhibba liakhihi maa yuhibbu linafsihi.” (Tidak/belum sempurna iman salah seorang kamu, sehingga ia mencintai untuk saudaranya apa-apa yang dicintai oleh dirinya sendiri.).
Ketika itu, tahun 1937, penjajah masih bercokol secara fisik. Mereka jelas-jelas melaksanakan misinya: gold, gospel, glory. Tujuan mereka menjajah negeri kita adalah untuk menguasai kekayaan alam, menguasai politik dan militer, serta mengubah agama kaum muslim Indonesia.
Lanjut baca,