Artikel ke-1.502
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Umat Islam Indonesia sangat patut bersyukur, bahwa dalam beberapa dekade, pendidikan Islam mengalami berbagai kemajuan yang berarti. Pesantren, sekolah Islam, dan perguruan tinggi Islam mendapat kepercayaan dan pengakuan, baik dari umat Islam maupun dari pemerintah.
Tapi, kita jangan terlena. Setiap kemajuan dan kenaikan derajat, pada saat yang sama, pendidikan Islam juga menghadapi tantangan baru. Bahkan, tantangan baru itu bisa lebih berat dan lebih pelik dari tantangan sebelumnya.
Ketika lembaga pendidikan Islam meraih kepercayaan dan pengakuan, muncul godaan untuk “membisniskan” pendidikan. Bisnis itulah tujuan utama pendirian lebaga pendidikan; bukan pendidikan diselenggarakan untuk mendidik dan melahirkan generasi unggul. Iblis dan setan sangat lihai dan terlatih untuk menyesatkan manusia di kala sukses.
Keberhasilan pendidikan secara materi memunculkan tantangan baru berupa niat yang salah dan disorientasi pendidikan. Tujuan utama pendidikan berbelok arah menjadi: mencari keuntungan dunia. Akhirat tidak lagi menjadi tujuan utama. Penyakit hubbud-dunya tertanam tanpa sadar.
Tantangan lain yang masih cukup berat adalah hegemoni keilmuan dan sistem pendidikan sekuler. Sistem pendidikan dan kurikulum yang berlaku secara umum masih tidak didasarkan pada wahyu sebagaimana digariskan dalam al-Quran dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw.
Rasulullah saw sudah mengingatkan, bahwa setiap anak sebenarnya lahir dalam kondisi fitrahnya. Orang tua (guru) si anak itu yang mengarahkan anak itu menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majuzi. Salah satu sifat yang menonjol dari kaum Yahudi adalah kecintaan yang berlebihan terhadap dunia dan menolak sumber ilmu di luar panca indera (QS al-Baqarah: 96, 55).
Umat Islam akan menjadi umat mulia jika melaksanakan tugasnya sebagai pejuang di jalan Allah; melanjutkan dakwah para Nabi, yaitu melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar. (QS Ali Imran: 110). Kata Imam al-Ghazali, dalam Ihya Ulumiddin, hidup matinya umat dan jatuh bangunnya umat Islam tergantung pada aktivitas amar ma’ruf nahi munkar.
Karena itu, jika dunia pendidikan kita melahirkan lulusan-lulusan yang hubbud-dunya dan tidak melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, maka sejatinya pendidikan itu telah gagal. Generasi ini akan menjadi laksana buih dan mereka akan menjadi umat yang lemah dan hina. Ketika itulah, musuh-musuh Islam tidak takut lagi pada mereka. Begitu sabda Rasulullah saw.
Lanjut baca,