JANGAN TINGGALKAN TUHAN DALAM MENANGGULANGI CORONA

JANGAN TINGGALKAN TUHAN DALAM MENANGGULANGI CORONA

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

Virus Corona adalah makhluk Allah SWT.  Corona tidak punya kehendak. Corona hanya menjalani kehidupan sesuai Sunnatullah, untuk mencari inang baru, agar bertahan hidup. Kita ingin dan berusaha sekuat tenaga agar wabah Corona segera belalu dari kehidupan kita.

Tapi, sepatutnya, sebagai bangsa yang berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kita mampu mengambil hikmah. Bahwa, dampak terpenting dari wabah Corona adalah, bahwa kita semua makin dekat kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sebab, Corona ini bukan fenomena alam biasa. Wabah Corona adalah tanda-tanda (ayat) Allah, yang harus dibaca manusia melalui ilmu inderawi, ilmu aqli, dan ilmu wahyu. Di sinilah kita diuji sebagai manusia, untuk ingat Tuhan, dan semakin taat kepada tuntunan Tuhan Yang Maha Esa.

Ketika manusia tidak peduli kepada tuntunan Allah SWT dalam memahami dan menyelesaikan masalah kehidupannya, pada hakikatnya, manusia telah meninggalkan Tuhannya. Manusia seperti itu telah berlaku sombong; seolah-olah menganggap bahwa “Tuhan telah mati” sebagaimana pernah diserukan oleh Friedrich Nietzsche: “God is dead”, Tuhan telah mati.

Nietzsche menggambarkan secara simbolik fenomena ini dalam sebuah cerita kiasan tentang seorang gila yang terjun ke pasar dan berteriak-teriak: “Aku mencari Tuhan, aku mencari Tuhan.” Kepada orang ramai ia kemudian berucap: “Aku beritahukan kepada kalian semua. Kita telah membunuh Tuhan – kalian dan aku. Kita semua adalah pembunuh Tuhan.”

Nietzsche menggambarkan dirinya sebagai orang gila yang kehilangan Tuhan. Dalam bukunya,  “The Anti-Christ”, Nietzsche secara tegas mengajak orang untuk meninggalkan Kristen. “One should not embellish or dress up Chrsitianity,”  katanya.

Jika manusia tak lagi mengakui nilai-nilai baik-buruk yang berasal dari Tuhan dan lebih percaya kepada nilai-nilai moral buatannya sendiri --  maka itu adalah simbol pemberontakan terhadap Tuhan.  Bahkan, slogan ‘God is dead’  ini kemudian berkembang menjadi satu ‘mazhab’ tersendiri di bidang teologi yang popular sebagai “Teologi Kematian Tuhan”.

Cendekiawan Yahudi, Martin Buber, tahun 1952 mengulas tema ‘God is dead’ dalam pemikiran Sartre, Heidegger, dan filosof  eksistensialis lainnya. Tahun 1961, Gabriel Vahanian meluncurkan bukunya, The Death of God; the Culture of Our Post-Christian Era. Berikutnya banyak teolog yang mengeksplorasi teologi kematian Tuhan ini. Altizers, misalnya, menulis buku The Gospel of Christian Atheism.

lanjut Baca, 

http://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/jangan-tinggalkan-tuhan-dalam-menanggulangi-corona

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait

Tinggalkan Komentar