Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Ada kisah menarik dalam Kitab Ta’lim al-Muta’allim. Bahwa, Khalifah Harun al-Rasyid – kepala negara terbesar Bani Abbasiyah -- mengirim anaknya untuk belajar kepada seorang ulama bernama al-Ashmaiy. Tujuannya agar anak Khalifah itu belajar ilmu dan adab.
Suaru saat, Harun al-Rasyid melihat anaknya menuangkan air untuk gurunya berwudhu. Tapi, satu tangan anaknya itu ‘menganggur’. Melihat pemandangan seperti itu, Harun al-Rasyid menegur al-Ashmaiy, dan berkata:
“Sungguh, aku mengirim anakku kepadamu agar kamu menjadikan ia berilmu dan beradab. Mengapa kamu tidak menyuruh anakku itu menuangkan air dengan satu tangannya dan satu tangannya lagi kamu suruh mencuci kakimu?”
*****
Begitulah sebuah kisah indah dalam dunia pendidikan, ketika peradaban Islam berada dalam salah satu tahap kebangkitan. Harun al-Rasyid (763-809 M) adalah kepala negara Bani Abbasiyah terbesar. Ia dikenal sebagai kepala negara yang hebat dan bijak.
Sepenggal kisah hidupnya saat menyuruh anaknya mencuci kaki gurunya menunjukkan pemahamannya yang hebat terhadap pendidikan. Kunci sukses pendidikan menurut Kitab Ta’limul Muta’allim terletak pada tiga sosok: orang tua, guru, dan murid. Untuk meraih imu yang bermanfaat, diperlukan niat ikhlas dan adab dalam mencari ilmu.
Harun al-Rasyid memang pemimpin yang dikenal sangat peduli dengan ilmu dan pendidikan. Salah satu kebijakannya adalah mendirikan Bait al-Hikmah. Sejak awal, Harun al-Rasyid mengirimkan anaknya kepada al-Ashmaiy untuk belajar ilmu dan adab. Bukan hanya belajar ilmu. Sikap Harun al-Rasyid terhadap al-Ashmaiy itu menunjukkan penghormatannya yang tinggi terhadap guru. Ia menegur guru anaknya, karena tidak menyuruh anaknya untuk mencuci kaki gurunya.
Lanjut baca,
