Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Sudah beberapa pekan ini, setiap Senin pagi, saya mengajar ‘Islamic Worldview” atau Pandangan Hidup Islam, kepada para santri PRISTAC (Pesantren for the Study of Islamic Thought and Civilization), Pesantren at-Taqwa Depok. PRISTAC adalah pendidikan setingkat SMA yang menekankan penguasaan adab (akhlak mulia) dan pemikiran Islam.
Dalam beberapa pekan terakhir, saya mengulang-ulang konsep Islam sebagai “satu-satunya agama wahyu yang murni” – Islam is the only genuine revealed religion -- sebagaimana dinyatakan oleh Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas. Al-Quran menegaskan, bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar (QS Ali Imran: 19); bahwa siapa saja yang mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima oleh Allah, dan di akhirat ia akan rugi (QS Ali Imran: 85).
Para santri berumur sekitar 15 tahun itu saya ajak untuk terus berdialog dan berpikir. Bukan hanya berdasar dalil-dalil al-Quran, bukti-bukti empiris dan rasional pun menunjukkan bahwa Islam merupakan agama wahyu yang terjaga ajarannya. Al-Quran terjaga. Tata cara ibadah dalam Islam pun terjaga. Hingga kini tak ada seorang pun di muka bumi yang bisa mengubah tata cara sholat, puasa, zakat, dan haji dalam Islam.
Para santri itu saya ajak untuk berpikir komparatif, sebagaimana doa yang setiap hari berulang kali diucapkan dalam shalat: “Ya Allah, tunjukkan aku jalan yang lurus. Yaitu jalannya orang-orang yang Engkau beri nikmat; bukan jalan orang yang Engkau murkai dan bukan pula jalan orang-orang sesat!”
Dalam dua kali pertemuan, saya menjelaskan perbandingan antara konsep dasar Islam sebagai agama wahyu dan perbandingannya dengan agama Yahudi (Yudaisme) dan agama Kristen. Metode komparasi ini penting agar para santri memahami mana yang “shirathal mustaqim” dan mana yang “shirath al-maghdlub” dan “shirath al-dhalliin”.
Para santri harus benar-benar mengenal hakikat dan karakter dasar ajaran Islam, sebagai agama wahyu yang sudah sempurna sejak awal (QS al-Maidah:3). Bahwa Islam bukan agama sejarah yang ajarannya berkembang dalam sejarah, mengikuti perkembangan zaman. Islam juga bukan agama budaya, yang ajaran-ajarannya berubah-ubah mengikuti perubahan budaya masyarakat.
Tetapi, Islam bukan agama yang beku yang menfosil. Islam bukan agama yang ketinggalan zaman. Rasulullah saw diutus untuk semua umat manusia sampai Hari Kiamat. (QS Saba: 28). Maknanya, ajaran Islam akan sesuai dengan dinamika perkembangan zaman dan budaya, di mana saja dan kapan saja. Pasca keruntuhan komunisme dan limbungnya kapitalisme-liberalisme, Islam tetap eksis dan diyakini oleh milyaran umat manusia.
Lanjut baca,