MENGAPA HAMAS KIAN POPULER

MENGAPA HAMAS KIAN POPULER

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

     Pada 13 September 1993, di Washington DC, Israel dan Palestina – diwakili oleh PLO – menandatangani perjanjian yang dikenal sebagai Perjanjian Oslo. Isinya antara lain menyatakan, bahwa Israel dan Palestina sepakat mengakhiri konflik untuk mencapai suatu penyelesaian damai yang komprehensif dan langgeng. 
     Perjanjian itu disaksikan langsung oleh Presiden Amerika Serikat Bill Clinton. Ketua PLO Yasser Arafat berjabatan tangan langsung dengan Perdana Menteri Israel Yitzak Rabin. Dunia internasional mengalami euforia sebentar. Dunia menyangka, jabat tangan Arafat-Rabin itu merupakan proses perdamaian yang selama ini diharapkan.
    Tapi, sejatinya, sejak ditandatanganinya Perjanjian 1993 itu, berbagai kekhawatiran dan pesimisme pun sudah bermunculan. Soalnya, beberapa persoalan mendasar -- seperti status Kota Jerusalem, masalah pengungsi Palestina, dan pemukiman Yahudi di Tepi Barat dan Jalur Gaza -- tidak disinggung dalam Perjanjian tersebut.  
Implementasi Kesepakatan Oslo, yang ditandatangani di Kairo oleh Arafat dan Rabin, pada 4 Mei 1994,  juga tidak menimbulkan harapan terang. Saat penandatanganan itu, Arafat marah luar biasa, karena Israel hanya memberikan luas Jericho yang dijadikan wilayah otonomi Palestina seluas 25 km persegi. Padahal, Arafat menuntut 52 km persegi. Hanya karena adanya jaminan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Warrant Christopher akan keberlangsungan otonomi di Tepi Barat, maka Arafat akhirnya bersedia menandatangani  kesepakatan Kairo tersebut. 
    Khalil Shikaki dalam artikelnya berjudul "Peace Now or Hamas Later" di Jurnal Foreign Affairs, Agustus 1998, menulis, bahwa ada tiga kekuatan politik utama di Palestina saat perjanjian Oslo ditandatangani, yaitu (1) PLO (2) Kelompok oposisi nasionalis kiri, Popular Front for Liberatuon of Palestine/PFLP, dan Democratic Front for Liration of Palestine/DFLP), (3) kelompok Hammas dan Jihad Islam. 
    Analisis Khalil Shikaki itu sudah memprediksi, bahwa jika perjanjian damai Palestina-Israel gagal, maka Hamas akan semakin kepercayaan besar dari masyarakat Palestina. Bahwa, untuk melawan Zionis Yahudi, jalan perundingan damai tidak dapat dipercaya. Tetapi, jalur perjuangan jihad lebih dipercaya. Sebab, Zionis akan selalu berkhianat.
    Dalam diskusi tentang Palestina, 18 Mei 2021, Pizaro Gozali, wartawan Kantor Berita Turki, Anadolu, mengemukakan, bahwa jika Pemilu di Palestina diselenggarakan pada Mei 2021 ini, maka peluang kemenangan Ismail Haniyah dari Hamas lebih besar dari Mahmud Abbas dari PLO.  Peluang kemenangan Ismail Haniya mencapai 38,4 persen. Sedangkan Mahmud Abbas sebesar 21,3 persen.

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/mengapa-hamas-kian-populer

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait

Tinggalkan Komentar