Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Era disrupsi ditandai dengan maraknya MOOCs (Massive Open Online Courses). Kini, virus Corona mendorong kuliah online semakin masif. Pesantren Attaqwa pun ikut kebijakan Pemerintah Kota Depok. Santri dirumahkan 16 Maret sampai 12 April 2020.
Para santri belajar di rumah masing-masing. Setiap hari mereka harus menyimak video pendidikan yang dikirim wali kelasnya. Lalu, mereka menulis laporan harian.
Para mahasiswa Attaqwa College menjalani model pendidikan yang berbeda. Mereka tetap di pesantren dan sangat dibatasi untuk keluar lingkungan pondok. Setiap hari mereka menjalani pendidikan adab dan ibadah harian – seperti shalat jamaah, shalat tahajjud, tadarrus al-Quran, bersih-bersih lingkungan, membantu rekaman dan editing video, dan sebagainya.
Selama “musim Corona”, program kuliah juga terus berjalan. Diantaranya, kuliah spesial secara online tentang pendidikan Islam dan pemikiran kontemporer, sebanyak 27 sesi. Mereka berbagi tugas, membuat tulisan tentang semua materi yang disampaikan. (27 video kuliah pendidikan islam&pemikiran kontemporer https://www.youtube.com/playlist?list=PLAGtlIp2P-DEi6oY1P980Ewvr1NN5Yv1t)
Menjamurnya kuliah online sudah diantisipasi oleh pemerintah. Kemenristekdikti pernah mengingatkan, di era disrpusi, perlu penguasaan 4-C (critical thinking, creativity, communication, collaboration). Pada 25 Januari 2020, Mendikbud Nadiem Makarim sudah meluncurkan kebijakan "Kampus Merdeka".
Sebelumnya, saat berpidato di Universitas Indonesia, 4 Desember 2019, Menteri Nadiem mengingatkan: “Kita memasuki era dimana “gelar tidak menjamin kompetensi” dan “akreditasi tidak menjamin mutu”. Jadi, sebelum dipaksa Corona, kebijakan “Kampus Merdeka” adalah satu tuntutan zaman; sebuah keharusan.
“Perubahan zaman” inilah yang mulai dipahami oleh sebagian orang tua dan mahasiswa muslim. Dan itu bukan hal mudah. Seorang wali mahasiswa Attaqwa College yang juga seorang dosen menjelaskan tidak mudahnya memasukkan anaknya ke Attaqwa College. Apalagi anaknya tergolong cerdas dan punya prestasi istimewa. “Tidak mudah menyampaikan bahwa belajar adab dan pemikiran Islam adalah hal yang utama,” ujarnya.
Sebelum mewabahnya Corona, Attaqwa College kedatangan seorang calon mahasiswa dari Yogya. Ia pernah meraih prestasi sebagai santri teladan tingkat Madrasah Aliyah. Hafalan al-Quran, katanya, pernah mencapai 22 juz. Yang mutqin, insyaAllah, 5 juz. Ketika saya tanya, apa motivasi kamu kuliah di Attaqwa College yang tidak gratis dan tidak memberikan gelar akademik, ia menjawab, “Mau belajar pemikiran Islam.”
Lanjut Baca,
http://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/menunggu-dipaksa-corona