MENYAMBUT 110 TAHUN MUHAMMADIYAH

MENYAMBUT 110 TAHUN MUHAMMADIYAH

Artikel ke-1.358

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

Hari Jumat, 18 November 2022, Persyarikatan Muhammadiyah genap berusia 110 tahun. Milad ke-110 itu diperingati bersamaan dengan penyelenggaraan Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah ke-48 di Kota Surakarta (Solo). Muktamar Muhammadiyah kali ini begitu semarak dan dibuka langsung oleh Presiden Joko Widodo.

Tentu, 110 tahun bukan usia muda. Muhammadiyah sudah sangat matang dan banyak makan asam-garam perjuangan dalam mewujudkan cita-citanya: “Perjuangan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, hanyalah akan dapat berhasil bila mengikuti jejak (ittiba’) perjuangan para nabi terutama perjuangan Nabi Muhammad saw.”

Nama “Muhammadiyah” dijadikan sebagai nama organisasi Islam raksasa. Harapannya, umat Islam dengan sungguh-sungguh bersedia mengikuti sunnah-sunnah Nabi Muhammad saw. Di sinilah amanah yang diemban oleh pimpinan Muhammadiyah sangatlah berat. Para pemimpin itu akan bertanggung jawab atas penggunaan nama Nabi Muhammad, dan bagaimana aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

Masyarakat ideal yang dicita-citakan Muhammadiyah adalah masyarakat yang adil dan makmur, penuh kasih sayang dan tolong menolong satu dengan lainnya, memiliki budaya literasi tinggi, membenci kemunkaran, kemaksiyatan, kecurangan, dan kebohongan.

Masyarakat ideal seperti itu bukanlah masyarakat utopis. Masyarakat ideal itu pernah terwujud di masa Nabi Muhammad saw dan beberapa genereasi sesudah nabi. Masyarakat ideal itu memiliki budaya ilmu (budaya literasi) yang tinggi; budaya gotong royong yang kuat; sangat taat kepada hukum; benci korupsi dan benci khamr.

Masyarakat ideal itu juga masyarakat yang sangat kuat. Hanya dalam tempo 5 tahun setelah Rasulullah saw wafat (632 M), generasi hebat ini sudah mampu mengungguli Romawi. Bukan hanya dalam militer, tetapi juga unggul dalam ilmu dan peradaban. Tahun 636 M, umat Islam sudah mampu membangun peradaban yang damai dan unggul di Jerusalem.

Rasulullah saw membangun masyarakat ideal dengan melahirkan satu generasi unggul dalam waku 23 tahun. Generasi ideal (khairun naas) itu lahir dari satu proses pendidikan ideal yang dididik langsung oleh guru terbaik, yaitu Rasulullah saw. Sang guru inilah yang menjadi teladan langsung dan abadi bagi para murid-muridnya. Sang guru menjadi suri tauladan bagi mereka.

Generasi ideal ini dididik dengan model pendidikan terbaik, yang disampaikan oleh Umar bin Khathab r.a.: “Taaddabuu tsumma ta’allamuu!”  Beradablah kamu, kemudian berilmulah kamu. 

Tujuan dakwah Nabi sangatlah jelas: “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.”  Beliau menjadi contoh dalam penerapan akhlak mulia. Akhlak  beliau sangat mulia dan dipuji oleh al-Quran: “wainnaka la-‘alaa khuluqin ‘adhiim.”  Aisyah r.a. menyatakan, bahwa akhlak Rasulullah saw adalah al-Quran.

Inilah yang masih menjadi PR besar bagi Muhammadiyah dan juga organisasi-organisasi  Islam lainnya. Bagaimana mewujudkan generasi yang berakhlak mulia ini. B

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/menyambut-110-tahun-muhammadiyah

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait