Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Terwujudnya lembaga-lembaga ekonomi Islam di Indonesia tak lepas dari sebuah perjuangan yang panjang dari para pejuang Islam. Mereka tidak menyerah terhadap berbagai tekanan dan hambatan yang ada.
Kini, sesuatu yang dulu masih berupa mimpi di Indonesia – seperti terwujudnya bank Islam, asuransi Isalam, dan sebagainya – telah menjadi kenyataan. Syariah Islam – khususnya di bidang ekonomi – bukan lagi sekedar menjadi bahan kajian teoritis, tetapi telah dipraktikkan. Meskipun tentu saja masih banyak kekurangan di sana-sini.
Yang perlu dicatat, terwujudnya praktik ekonomi Islam di Indonesia merupakan buah dari perjuangan Islam atau jihad fi sabilillah. Karena itu, pengelolaan ekonomi Islam, harus tetap dijaga konsistensinya, dan diletakkan dalam rangka mewujudkan sebuah peradaban Islam di Indonesia – yang dalam bahasa Anggaran Dasar Muhamamdiyah disebutkan untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Masih banyak aspek yang perlu ditingkatkan, bahkan dikoreksi dari perjalanan penegakan syariat Islam di Indonesia, khususnya dalam bidang ekonomi.
Tantangan berat yang dihadapi para aktivis ekonomi Islam – disamping tantangan dari luar, berupa cengkeraman sistem ekonomi kapitalis-liberalis – adalah kondisi SDM ekonomi Islam itu sendiri. Berdasarkan pengalaman dan pencermatan saya di lembaga pendidikan dan lembaga keuangan ekonomi Islam, ada beberapa hal pokok yang perlu ditekankan dalam peningkatan kualitas SDM ekonomi Islam:
- Harus diniatkan, bahwa penegakan ekonomi Islam di Indonesia adalah merupakan bagian dari jihad fi sabilillah, bukan demi tujuan pragmatis untuk mengeruk keuntungan duniawi. Rasulullah saw bersabda: Berjihadlah melawan orang-orang musyrik dengan hartamu, jiwamu, dan lidahmu.
- Semangat menjadi yang terbaik. Sebagai konsekuensi dari poin pertama, maka harus tertanam dalam diri setiap insan SDM ekonomi Islam untuk menjadi yang terbaik di bidangnya. Setiap pejuang Islam (mujahid) dalam berbagai bidang, adalah laksana prajurit yang menempati pos-pos pertahanan masing-masing. Jika satu orang lengah atau lemah, maka musuh akan bisa menerobos dari posisi mana dia berada. Jika sekolah Islam jelek, maka orang akan menengok ke sekolah yang lain. Jika Bank Islam tidak profesional, maka bank lain akan ditengok.
- Menjadi manusia yang kulliy/universal, bukan juz’iy/ Setiap Muslim, apa pun profesinya, wajib menyadari bahwa dia adalah Muslim, yang terikat dengan kewajiban mencari ilmu, baik yang fardhu ’ain maupun yang fardhu kifayah. Keahlian di bidang tertentu, seperti skill ekonomi syariah, menjadi kewajiban sebagian Muslim (fardhu kifayah). Karena itu, setiap insan SDM ekonomi syariah tetap wajib menguasai ilmu-ilmu yang fardhu ‘ain, seperti ilmu-ilmu di bidang aqidah, dakwah, dan sebagainya. Maka, tidak dibenarkan, jika insan SDM ekonomi syariah hanya paham soal-soal teknis di bidangnya, dan tidak tahu, atau tidak mahu tahu terhadap perkembangan umat Islam. Padahal, sabda Rasulullah saw, barangsiapa yang bangun pagi dan ia tidak peduli pada masalah umat, maka ia sejatinya bukan dari golongan umat Islam.
- Haus ilmu. Setiap insan SDM ekonomi syariah, harus menjadikan seluruh aktivitasnya, baik saat menjalani pendidikan formal maupun saat bekerja, sebagai bagian dari aktivitas mencari ilmu (thalabul ilmi). Sebab, mencari ilmu adalah wajib bagi setiap muslim, dari lahir sampai mati. Tujuan-tujuan pragmatis akan keuntungan ekonomi bisa membunuh semangat mencari ilmu. Seorang yang mempunyai motivasi tinggi dalam mencari ilmu tidak akan resah dengan berbagai posisi pekerjaan yang diterimanya, sebab semua dia niatkan sebagai aktivitas ibadah thalabul ilmi yang pahalanya juga dihitung sebagai pahala jihad fi sabilillah. Rasulullah saw bersabda: Man kharaja fii thalabil ilmi fahuwa fi sabilillah hatta yarji’a.
Jadi, kunci kebangkitan ekonomi Islam adalah pada kualitas SDM. Cara untuk melahirkan SDM unggul di bidang ekonomi Islam....
Lanjut baca,
http://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/menyiapkan-sdm-ekonomi-islam-yang-unggul
