Artikel Terbaru ke-2.145
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Mungkin kita sering mendengar pejabat Kementerian Pendidikan yang mengaku kebijakan pendidikannya telah mengikuti konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara. Tapi, tidak ada salahnya kita bertanya: benarkah konsep pendidikan nasional kita sekarang mengikuti konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara?
Saat ini, pejabat pendidikan kita juga mulai rajin mengutip pendapat KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan dalam merumuskan konsep-konsep pendidikan atau pembelajaran. Tentu saja ini patut kita syukuri. Tapi, mohon dipikirkan dan ditelaah: benarkah konsep pendidikan kita sejalan dengan pemikiran pendidikan kedua ulama dan tokoh pendidikan yang hebat itu?
Dalam beberapa tahun ini, saya sempat menguji beberapa disertasi doktor pendidikan Islam tentang pemikiran pendidikan KH Hasyim Asy’ari, KH Ahmad Dahlan, dan Ki Hajar Dewantara. Saya menyimpulkan, bahwa jiwa dan konsep pendidikan ketiga tokoh itu adalah konsep pendidikan yang memerdekakan manusia dari berbagai bentuk penjajahan.
Diantara dasar penetapan KH Ahmad Dahlan sebagai Pahlawan Nasional (Keppres no. 657/1961) adalah bahwa: “KH. Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan ummat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat.”
Pendirian Muhammadiyah adalah bentuk perlawanan terhadap penjajahan melalui pendidikan. KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah ada kaitannya dengan penyadaran umat Islam Indonesia, “sebagai bangsa terjajah”!
Dalam disertasi doktornya di Universitas Ibn Khaldun Bogor yang berjudul “Konsep Pendidikan Guru Menurut KH Ahmad Dahlan dan Ki Hajar Dewantara”, Dr. Syahrul – dosen di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta -- mengungkap strategi KH Ahmad Dahlan dalam menjalankan misi besarnya dengan cara mendidik para guru yang hebat sebagai pelanjut perjuangannya.
K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923) adalah teladan sebagai guru dan teladan pula dalam pendidikan guru. Ia hidup pada zaman yang ditandai dengan kondisi sosial masyarakat yang terjajah dan terpuruk, di mana pendidikan kolonial berusaha melemahkan perjuangan bangsa Indonesia dengan sekulerisasi dan godaan materi.
Dr. Abdul Hakim menulis disertasi doktor berjudul “Konsep Pendidikan KH Hasyim Asy’ari dalam perspektif konsep jihad Ibn Hajar al-Asqalani dan Ibn Qayyim al-Jauziyah.” Ia menyimpulkan bahwa sebenarnya, konsep dan praktik pendidikan KH Hasyim Asy’ari merupakan aplikasi pendidikan jihad (tarbiyah jihadiyah) secara praktis dan komprehensif. Karena itu, bisa dipahami, jika fatwa Jihad beliau disambut dengan gegap gempita oleh para kiai dan santri, serta seluruh kaum muslimin.
Jihad – menurut kedua ulama besar itu – mencakup jihad dalam pengendalian hawa nafsu (mujahadah ‘alan nafs), jihad melawan setan, jihad melawan kaum kuffar, dan jihad melawan kaum munafiqin. Ibn Qayyim al-Jauziyah membagi jihad terhadap hawa nafsu dalam empat bentuk, yaitu jihad mencari ilmu, jihad mengamalkan ilmu, jihad mendakwahkan ilmu, dan sabar menerima akibat dalam berdakwah.
Lanjut baca,