Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Pada hari Jumat (3/6/2022) saya berkesempatan mengunjungi pameran buku internasional di Kuala Lumpur. Salah satu stan penerbit yang saya kunjungi adalah Akademi Jawi Malaysia. Sejauh ini, saya belum mendengar adanya lembaga serupa di Indonesia. Khususnya di Pulau Jawa.
Akademi Jawi Malaysia memiliki visi menjadi sebuah badan keilmuan utama yang di’itirafi di peringkat kebangsaan, serantau dan antarabangsa. Adapun misinya ialah: (1). Menjadi pusat budaya ilmu berteraskan peradaban Islam (2). Memperkenal dan menghidupkan semula Bahasa Jawi sebagai sebuah tradisi ke‘ilmuan. (3). Menerajui ekosistem perbukuan bermutu untuk judul-judul ke‘ilmuan."
Para santri Pesantren at-Taqwa Depok sudah dua kali mengunjungi Akademi Jawi Malaysia. Lembaga ini dikelola secara profesional. Mereka sangat serius dalam menjalankan programnya. Dalam penerbitan buku, lembaga ini pun menerbitkan buku-buku ilmiah serius. Yang terakhir adalah buku Himpunan Karya Pilihan, karya Prof. Wan Mohd Nor Wan Daud.
Bahasa Jawi adalah bahasa Melayu dengan huruf Arab. Pesantren At-Taqwa Depok memiliki program khusus dalam pembelajaran huruf Jawi. Beberapa kitab dalam huruf Jawi (Arab Melayu) dijadikan sebagai kitab wajib bagi para santri, seperti Risalah Dua Ilmu, Gurindam 12, dan sebagainya. Kami memandang penting penguasaan huruf Jawi ini dalam upaya pembangunan peradaban Islam di Tanah Melayu-Nusantara.
Pakar Sejarah Melayu, Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas adalah ilmuwan yang sejak awal 1970-an, sudah mengungkap bahwa faktor ’Islam dan Bahasa Melayu’ adalah faktor yang paling signifikan dalam proses penyatuan Nusantara. Gagasan itu diungkap al-Attas melalui buku ’klasik’nya, Islam and Secularism, Islam dalam Sejarah Kebudayaan Melayu, dan sejumlah karya lainnya, seperti buku Historical Fact and Fiction (HFF), (Kuala Lumpur: Universiti Teknologi Malaysia, 2011).
Melalui buku HFF ini, Prof. al-Attas memberikan gambaran tentang keberhasilan para pendakwah Islam dalam mengangkat dan mengislamkan bahasa Melayu, sehingga berhasil menjadi bahasa persatuan di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu yang semula hanya digunakan oleh sebagian kecil masyarakat Sumatra, kemudian diangkat, di-Islamisasi, dan digunakan sebagai bahasa pengantar dalam dunia ilmiah, ekonomi, budaya, dan politik di wilayah Nusantara ini.
Karena itulah, simpul al-Attas, bahasa Melayu dan agama Islam,merupakan dua faktor penting yang berjasa dalam upaya penciptaan semangat kebangsaan dan persatuan di wilayah Nusantara. (The spread of the new and vibrant Malay language and literature as a vehicle of Islam and knowledge presently used by more than two hundred million people in the Malay Archipelago is one of the most important factors in the creation of nationhood, the other factor being the religion of Islam itself. Historians of the Archipelago have never considered language as an important source material for the study of history.”
Lanjut baca,
https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/bahasa-jawi-dalam-dakwah-dan-penyatuan-nusantara