BANGGA DAN BERSYUKUR KITA PUNYA BAHASA INDONESIA

BANGGA DAN BERSYUKUR  KITA PUNYA BAHASA INDONESIA

 

Artikel ke-1.553

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

Bangsa Indonesia patut berbangga dan bersyukur memiliki bahasa persatuan yang berperan nyata dalam mempersatukan bangsa, dari Sabang sampai Merauke. Bahasa Indonesia merupakan bahasa Melayu yang disepakati sebagai bahasa nasional dalam Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Ulama yang berperan besar dalam hal ini adalah pujangga dan pakar bahasa, Raja Ali Haji.

Sepatutnya, kita semua, bangsa Indonesia mewujudkan rasa syukur atas keberadaan bahasa Indonesia saat ini. Tidak perlu berlebihan dalam menghargai bahasa Inggris, meskipun sangat diperlukan. Artinya, jangan sampai anak bangsa yang menulis karya ilmiah dalam bahasa Indonesia dianggap lebih rendah nilainya dengan karya ilmiah dalam bahasa Inggris.

Kita punya penduduk sekitar 275 juta jiwa. Mereka berbahasa Indonesia. Karya ilmiah kita dalam bahasa Indonesia tentu lebih diharapkan untuk diambil manfaatnya oleh bangsa kita sendiri. Memang akan memiliki nilai tambah tersendiri jika karya itu bisa dibaca oleh bangsa lain yang berbahsa Inggris.

Hanya saja, jangan sampai kita memandang rendah karya ilmiah para ilmuwan kita yang sangat bagus dan inovatif, hanya karena ditulis dalam bahasa Indonesia. Seorang pakar bahasa Jawa yang menulis dalam bahasa Jawa, misalnya, akan lebih bermanfaat untuk dinikmati  dan diambil manfaatnya jika karyanya ditulis dalam bahasa Jawa atau bahasa Indonesia. Silakan diterjemahkan dalam bahasa Inggris atau bahasa lainnya.

Semuanya perlu diletakkan secara proporsional. Bahasa Indonesia saat ini sudah menjadi bahasa pengantar umat Islam Indonesia. Bahasa adalah alat untuk memahami ilmu, termasuk memahami agama. Jangan sampai bahasa Indonesia mengalami proses de-Islamisasi bahasa. Istilah-isilah penting dalam Islam diberi makna yang tidak sesuai dengan makna yang sebenarnya.

Misalnya, makna kata-kata berikut, seperti: pendidikan, adil, ilmu, hikmah, adab, dan sebagainya. Kata-kata itu perlu diberi makna yang benar, sebagaimana seharusnya. Pendidikan adalah semua upaya dan proses penanaman nilai-nilai kebaikan agar diri manusia semakin beradab atau berakhlak mulia.

 Pakar Sejarah Melayu, Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas adalah ilmuwan yang sejak awal 1970-an, sudah mengungkap bahwa faktor ’Islam dan Bahasa Melayu’ adalah faktor yang paling signifikan dalam proses penyatuan Nusantara. Hal ini sudah diungkap al-Attas melalui buku ’klasik’nya, Islam and Secularism,  Islam dalam Sejarah Kebudayaan Melayu, dan Historical Fact and Fiction (HFF), (Kuala Lumpur: Universiti Teknologi Malaysia, 2011).

Melalui buku HFF ini, al-Attas berhasil memberikan gambaran tentang keberhasilan para pendakwah Islam dalam mengangkat dan mengislamkan bahasa Melayu, sehingga berhasil menjadi bahasa persatuan di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu yang semula hanya digunakan oleh sebagian kecil masyarakat Sumatra, kemudian diangkat, di-Islamisasi, dan digunakan sebagai bahasa pengantar dalam dunia ilmiah, ekonomi, budaya, dan politik di wilayah Nusantara ini.

Lanjut baca, BANGGA DAN BERSYUKUR KITA PUNYA BAHASA INDONESIA (adianhusaini.id)

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait