BEGINILAH CARA ISLAM MEMULIAKAN PEREMPUAN  

BEGINILAH CARA ISLAM MEMULIAKAN PEREMPUAN   

 

Artikel Terbaru ke-1.877

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

 

            Islam memiliki ajaran yang unik untuk memuliakan kaum perempuan. Salah satunya adalah konsep “istri wajib taat pada suami”. Anehnya, konsep ini banyak ditentang oleh sebagian perempuan, termasuk di kalangan muslimah. Konsep itu dianggap bertentangan dengan ide “kesetaraan gender”.

Bahkan, ada yang menyebut, kata yang paling dibenci di kalangan aktivis kesetaraan gender sekuler adalah kata “wajib taat pada suami”. Padahal, konsep itu unik, mulia, dan sesuai dengan fitrah manusia. Konsep itu berasal dari wahyu yang disampaikan Nabi Muhammad saw. Konsep ini berasal dari Sang Pencipta perempuan itu sendiri.

Alkisah, dalam sebuah seminar bertema “Manusia Beradab dan Moderniti Alternatif”, pakar pemikiran Islam Prof. Wan Mohd Nor Wan Daud mengungkap pengalaman sewaktu bebicara dalam sebuah seminar di Afrika Selatan, beberapa tahun lalu.

            Usai seminar di Afrika Selatan itu, paparnya, seorang perempuan berkerudung mendatanginya dan menanyakan, bagaimana mungkin ia harus mentaati suaminya, sementara di kantornya, ia memimpin 300 laki-laki?  Prof. Wan Mohd Nor menjelaskan, bahwa konsep adab dalam Islam, di antaranya memang menempatkan suami sebagai kepala keluarga.

Tentu saja, tambahnya, suami tidak boleh berlaku zalim dengan amanah yang diterimanya serta bertindak sewenang-wenang terhadap istrinya. Amanah itu sangat berat, sehingga suami yang bijak akan memahami bahwa istrinya adalah seorang perempuan yang hebat. “Karena itu, pilihlah suami yang hebat pula,” kata Profesor yang juga beristrikan seorang profesor ini.

            Dalam seminar yang diselenggarakan Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia (18/9/2014) tersebut, dijelaskannya tentang makna konsep manusia beradab (insan adaby) yang sepatutnya diwujudkan dalam masyarakat muslim. Konsep ini telah lama dikenal oleh para ulama dan disistematisasikan oleh Prof Syed Muhammad Naquib al-Attas sejak awal tahun 1970-an, melalui bukunya Risalah untuk Kaum Muslimin dan Islam and Secularism.

            Pengalaman Prof. Wan Mohd Nor dalam menghadapi kaum perempuan terpelajar tersebut patut kita jadikan bahan renungan. Semakin mandiri seorang perempuan, mungkin akan semakin cenderung untuk menggugat hak-hak kepemimpinan laki-laki dalam rumah tangga. Dan memang, sudah ada yang mulai membuat tafsir baru dalam soal kepemimpinan laki-laki dalam rumah tangga.

Contohnya, buku berjudul: Bias Jender dalam Pemahaman Islam (Pusat Studi Jender IAIN Walisongo Semarang (2002), menyimpulkan: kepala rumah tangga tidak harus laki-laki: “Dalam pemahaman ini, kepemimpinan keluarga dapat dipegang oleh siapa saja, suami atau istri, yang memiliki kriteria fadl dan infaq-nya lebih baik. (hal. 91).

Dalam sebuah pengajian, ada seorang ibu bertanya, bagaimana posisi perempuan di sorga nanti. Saya menjawab, “Yang penting, Ibu masuk sorga dulu. Masuk sorga itu susah, tidak mudah. Posisi apa saja di sorga itu enak, tidak perlu dipersoalkan.”

Lanjut baca,

BEGINILAH CARA ISLAM MEMULIAKAN PEREMPUAN (adianhusaini.id)

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait