Artikel Terbaru ke-2.226
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Tahun 2025, Pesantren At-Taqwa Depok genap berumur 10 tahun. Alhamdulillah, Pesantren At-Taqwa Depok telah dikenal sebagai pesantren berbasis adab dan menanamkan budaya literasi beradab. Setelah 10 tahun, Pesantren At-Taqwa Depok sudah menunjukkan tanda-tanda menjadi salah satu tempat lahirnya lahirnya generasi gemilang.
Model pendidikan “beradab dan berilmu” terbukti telah melahirkan banyak generasi gemilang dalam sejarah peradaban Islam. (Lihat buku: Adian Husaini, Pendidikan Islam Mewujudkan Generasi Gemilang Menuju Negara Adidaya 2045, Depok: YPI At-Taqwa, 2018).
Karena itu, Pesantren At-Taqwa Depok terus berusaha mengokohkan budaya literasi beradab dan menjadi tempat lahirnya generasi umat yang gemilang, yang insyaAllah akan berperan penting dalam kepemimpinan bangsa ke depan.
Sebagai contoh, pada Hari Senin, 19 Mei 2025, sepuluh santri tingkat SMA Pesantren At-Taqwa Depok, menyampaikan presentasi makalah di Gedung Serba Guna Masjid Salman ITB Bandung. Menyimak isi makalah para santri belia ini, insyaAllah kita akan memiliki optimisme tinggi, bahwa masa depan Indonesia akan semakin cerah.
Bahwa, anak-anak kita di zaman ini siap mewujudkan Indonesia Emas 2045. Mereka bukanlah “generasi strawberry” yang rapuh, tetapi “generasi durian” yang tangguh. Tapi, tentunya, pendidikan mereka kedepan harus semakin baik.
Para santri tingkat SMA ini rata-rata berumur 15-18 tahun. Di antara 10 santri itu ada nama Farrel Ahmad Wijaksana (17 tahun), cicit ulama besar Buya Hamka. Farrel akan mempresentasikan makalahnya yang berjudul: "Achieving Perfection Through Islamic Education." Tahun lalu, Farrel juga mempresentasikan makalahnya di Kampus STID M Natsir DDII, yang berjudul: “Hamka dan Barat: Respon Hamka terhadap Pembaratan Indonesia.”
Dalam makalahnya setebal 15 halaman, Farrel menulis: “One of the most challenging problems we have yet to face in this current era is no other than the problem of moral and social standards. Through globalization and the rise of social media, we are now -especially the younger generation- are consciously and unconsciously following unrealistic terms in order to reach ‘perfection’, or at the very least the standard of happiness sought after and portrayed in media.”
Berikut nama 10 santri tingkat SMA yang menyampaikan presentasi makalah beserta judul makalahnya:
- Farrel Ahmad Wijaksana (Achieving Perfection Through Islamic Education).
(2) Farras Zahy Putra (Merespon Komunisme: Konsep Keadilan Sosial dalam Pandangan Nasionalis Muslim Indonesia).
(3) Zeyd Farkhi Ahmad (Ta'dib dan Perjuangan: Konsep Pendidikan Jihad Hamas).
(4) Khairin Atha Mirza (Peran Pesantren dalam Perkembangan Kebudayaan di Sunda: Akar Sejarah dan Manifestasinya).
(5) Farros Halim (Pengaruh Snouck Hurgronje terhadap Sekularisasi Pendidikan Islam di Indonesia).
(6) Rafa Elzahira Ashary (Critique on ChatGPT Based on the Dialogue Concerning Language Reflection on Worldview and Knowledge).
Lanjut baca,