BEGINILAH MEMAHAMI POLITIK DAN DAKWAH DI INDONESIA

BEGINILAH MEMAHAMI POLITIK DAN DAKWAH DI INDONESIA

Artikel Terbaru ke-2.136

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

 

            Seorang muslim, dimana pun berada, senantiasa memandang dirinya sebagai hamba Allah dan khalifatullah fil-ardh. Tugasnya beribadah kepada Allah. Sebab, untuk itulah manusia diciptakan di muka bumi. Salah satu tugas pentingnya adalah melanjutkan perjuangan para nabi untuk mengajak manusia ke jalan Allah dan mewujudkan masyarakat yang bertauhid dan berakhlak mulia.

            Dengan worldview seperti itulah, kita memahami kondisi politik di Indonesia. Politik adalah aspek penting dalam kehidupan manusia. Politik berkaitan dengan kekuasaan; baik cara mendapatkannya maupun cara menjalankannya. Islam memandang kekuasaan sebagai amanah dari Allah yang harus ditunaikan dengan baik, sesuai dengan amanah Sang Pemberi Kekuasaan, yakni Allah SWT.

            Berkaca kepada kiprah para ulama yang menyebarkan agama Islam di Indonesia, kita memahami, bahwa politik merupakan aspek penting dalam pelaksanaan dakwah. Para ulama – seperti para Wali Songo – tidak alergi politik. Mereka berhasil menggunakan politik untuk mengokohkan dakwah, khususnya di Tanah Jawa.

Mereka berhasil mendidik salah satu putra Raja Majapahit sebagai santri dan pemimpin masyarakat. Hanya dalam tempo sekitar 80 tahun – sejak kedatangan Maulana Malik Ibrahim di Gresik – Kerajaan Islam pertama di Tanah Jawa berdiri. Raden Patah, yang merupakan santri Sunan Ampel, menjadi Raja Pertama di tanah Jawa.

Para ulama sesudah era Wali Songo pun memahami politik sebagai sarana dakwah. Kekuasaan begitu penting perannya dalam penyebaran dakwah. Tapi, politik bukan segala-galanya. Islam tetap bisa dan tetap eksis meskipun penguasanya bukan muslim. Dan selama itu pula para ulama tidak pernah berhenti untuk berdakwah, di berbagai bidang kehidupan.

Ketika penjajah kafir menguasai negeri kita, para ulama tidak pernah berhenti berdakwah. Mereka terus mendidik masyarakat, menyebarkan ayat-ayat Allah, dan menyiapkan kader-kader pejuang yang akan melanjutkan perjuangan mereka. Karena itulah, dakwah tidak pernah berhenti, dari satu generasi ke satu generasi lainnya.

Dalam cengkeraman kekuasaan penjajah, para ulama tak henti-hentinya melakukan jihad fi sablilillah dalam berbagai bentuknya. Kadang kala, perlawanan itu dilakukan dengan senjata. Ketika penjajah berhasil memenangkan peperangan, para ulama tidak berhenti berjuang. Mereka melanjutkan perjuangan melalui pondok-pondok pesantren yang mereka dirikan.

Menjelang kemerdekaan tahun 1945, para ulama pun berjuang mewujudkan negara Indonesia merdeka yang berdasarkan kepada ajaran agama Islam. Mereka harus berjuang meyakinkan para pejuang sesama bangsa sendiri agar bersedia menerima Islam sebagai panduan kehidupan dalam seluruh aspeknya. Tapi, gagasan mereka tidak diterima. Sebagian besar pejuang kemerdekaan menolak dijadikannya agama Islam sebagai dasar negara.

Para ulama tidak putus asa. Mereka terus berjuang mendakwahkan Islam dengan cara-cara cerdas dan bijak. Sedikit demi sedikit paham anti-agama (la diniyah/sekularisme) semakin tersingkir dari alam pikiran masyarakat Indonesia. Mereka mulai menerima kehadiran Islam dalam tatanan kehidupan pribadi, masyarakat, dan negara.

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/beginilah-memahami-politik-dan-dakwah-di-indonesia

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait