DIDIKLAH ANAK CINTA ULAMA AGAR BERAKHLAK MULIA

DIDIKLAH ANAK CINTA ULAMA AGAR BERAKHLAK MULIA

Artikel ke-1.703

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

Pada Hari Kamis, 2 November 2023, saya menyaksikan presentasi makalah Hanun Hilmiya Hazimah (17 tahun) di Akademi Jawi Malaysia (AJM), Selangor, Malaysia. Judul makalahnya: Kontribusi Syeikh Daud Al-Fathani dalam Perkembangan Islam di Nusantara.”  

Makalah setebal 14 halaman itu cukup memberikan gambaran tentang sosok, perjalanan pendidikan, pemikiran, dan peran Syeikh Daud Al-Fathani dalam penyebaran Islam di Nusantara. Hal itu tergambar dari kehebatan murid-murid Syeikh daud dan puluhan karya ilmiah yang dihasilkannya.

Syeikh Daud merupakan keturunan Rasulullah saw melalui jalur Husain bin Ali. Ia lahir pada tahun 1740 M  di kota Keresik. Ia berguru kepada ayahnya, kakeknya, dan juga pamannya yang bernama Syeikh Safiyuddin.  Ayahnya merupakan seorang ulama besar di Fathani. Selain itu ia juga belajar kepada ulama-ulama yang ada di daerah Patani, di sejumlah Pondok.

Setelah lima tahun menimba ilmu di negerinya sendiri, ia melanjutkan pendidikannya ke Aceh selama dua tahun. Ia berguru kepada Muhammad Zayn bin Faqih bin Jalâl al-Dîn al-Asyi, seorang ulama terkemuka di masa Sultan ‘Ala' al-Din Mahmud Syah.

Setelah itu ia pun berangkat ke Haramain, dan melanjutkan pendidikannya di sana selama 35 tahun, 30 tahun di Mekkah dan lima tahun di Madinah. Syeikh Daud berguru bersama sejumlah murid dari Jawa  seperti Syeikh Arsyad al-Banjari, Syeikh Abdus Shamad al-Falimbani, Syaikh Abdul Wahab Bugis, juga Syeikh Abdurrahman al-Betawi al-Mishri.

Syeikh Daud menguasai banyak bidang ilmu. Bahkan, pemerintah Turki Utsmani saat itu memberinya gelar al-‘aalim al-‘allaamah al-‘aarif ar-Rabbaani yang bermakna ulama yang paling berilmu dan telah mencapai puncak ma’rifatulah. Syeikh Daud sempat kembali dan berjuang di Fathani, tetapi kemudian kembali ke Haramain dan wafat di Thaif.

Perjuangan Syeikh Daud di Makkah dilakukan dengan mendidik banyak ulama hebat di Nusantara. Diantara para muridnya yang nanti berperan penting dalam penyebaran Islam di Nusantara ialah: Syeikh Ahmad Khatib Sambas, Hajji ‘Abd al-Shamad ibn Faqîh Abdillah, dan Muhammad Salih ibn ‘Abd al-Rahman al-Jawi al-Fatani.  Sebagai gambaran, Syeikh Nawawi al-Bantani dikabarkan merupakan murid dari Syeikh Ahmad Khatib Sambas.

Dalam makalah Hanun juga dijelaskan karya-karya Syeikh Daud Al-Fathani dan beberapa diantaranya dikupas isinya secara ringkas. Misalnya, Kitab Bughyât al-Thullâb al-murîd Ma’rifat al-Ahkâm bi al-Shawâb yang berisi ajaran tentang fiqh ibadah. Juga, kitab Furu’ al-Masail wa Ushul Masail  yang membahas aturan-aturan dan petunjuk-petujuk dalam aktivitas sehari-hari.

Syeikh Daud termasuk ulama yang cukup produktif menulis. Setiap tahunnya ia menghasilkan dua buah kitab.  Sebagian besar karyanya ditulis dengan Bahasa Arab Jawi (Arab Melayu) dan beberapa ditulis dalam Bahasa Arab.

Dalam kitabnya yang berjudul Bughyat al-Thullab ia banyak mengambil sumber dari karya-karya ulama salaf, seperti Fath al-Wahhab karya Zakariya al-Anshari, Tuhfat al-Muhtaj karya ibnu Hajar al-Haytami, Nihayat al-Muhtaj karya Syamsuddin al-Ramli dan lain-lain. Kitabnya ini dipandang sebagai buku terkenal layakya buku Sabil al-Muhtadin karya Syeikh Arsyad al-Banjari.

Lanjut baca,

DIDIKLAH ANAK CINTA ULAMA AGAR BERAKHLAK MULIA (adianhusaini.id)

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait