HAKIKAT IJAZAH DAN BAHAYA KEKACAUAN ILMU

HAKIKAT IJAZAH DAN BAHAYA KEKACAUAN ILMU

Artikel Terbaru ke-2.220

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

 

Sudah bertahun-tahun masyarakat kita dihebohkan oleh kasus Ijazah mantan Presiden Joko Widodo. Hingga tahun 2025 ini, kasus ijazah itu belum tuntas juga. Bahkan, kasus ini menjadi bahan candaan di mana-mana. Kampus Universitas Gajah Mada sedikit banyak dibuat sangat repot dan terdampak citranya.

Tentu saja kasus ijazah Joko Widodo itu merupakan hal serius. Itu terkait soal moral. Jika benar, bahwa ijazah itu palsu atau diperoleh dengan cara yang tidak sepatutnya, maka itu merupakan pelanggaran moral serius. Joko Widodo pernah menjabat sebagai Walikota, Gubernur, lalu presiden. Ia pejabat publik yang diharapkan berperilaku jujur.

Tapi, sebenarnya, ada hal yang lebih serius dibandingkan soal ijazah Joko Widodo. Yaitu soal kekacauan dan korupsi ilmu. Jika benar terbukti ijazahnya palsu, maka Joko Widodo akan menerima sanksi sosial yang berat. Mungkin juga sanksi hukum. Hukuman itu akan menimpa dirinya dan mungkin juga keluarganya. Kejujuran perlu ditegakkan.

Kita berharap, kasus ijazah UGM Joko Widodo ini segera bisa dituntaskan. Masih banyak sekali agenda bangsa yang sangat penting dan mendesak untuk segera diselesaikan. Yang terpenting adalah masalah kekacauan dan korupsi ilmu. Bahkan, masalah ini menjadi sumber segala kerusakan bangsa. Sarjana atau guru besar yang ijazahnya asli tetapi ilmunya sesat dan menyesatkan lebih besar daya rusaknya erhadap masyarakat dibandingkan ijazah palsu.

Apalagi, biasanya orang yang dianggap pinter dan merasa pinter, tapi ilmunya salah, maka ia akan terus merasa benar dan menyabarkan ilmunya kepada masyarakat. Ini sangat berbahaya dan merusak masyarakat. Ki Hajar Dewantara, misalnya, telah lama mengingakan bahaya pendidikan Barat yang akan melahirkan dua kemurkaan, yaitu kemurkaan diri (individualisme) dan kemurkaan benda (materialisme). Kedua kemurkaan itu, pada ujungnya, akan merusak ketentaraman masyarakat. 

Jangan sampai umat Islam ikut-ikutan terjebak dalam lingkaran setan kekacauan ilmu ini. Sebab, kekacauan ilmu akan melahirkan manusia-manusia yang merasa pinter dan benar, tetapi tidak paham adab atau akhlak mulia. Akhirnya, mereka kehilangan adab dan tidak tahu bagaimana menempatkan segala sesuatu dengan betul. Orang jahat dan rakus dunia terus dihormati dan dijadikan panutan. Sedangkan orang-orang sholeh tetapi rakyat jelata dan miskin dipandang hina.

Jika problem kekacauan ilmu ini tidak diatasi, maka umat akan gagal memahami masalahnya secara komprehensif. Problem politik, ekonomi, pendidikan, budaya dan sebagainya tidak dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Sebab, akar masalahnya tidak dipahami dan tidak diselesaikan dengan mendasar, yaitu kehilangan adab atau akhlak mulia. Padahal, Nabi Muhammad saw diutus untuk menyempurnakan akhlak.

Saat ini, kondisi umat Islam jauh lebih rumit dinandingkan masa-masa sebelumnya. Ibarat penyakit dulu umat Islam hanya terserang semacam “infeksi batu ginjal”. Setelah batunya dikeluarkan, dan infeksinya diobati, maka kondisi umat pun kembali pulih. Untuk merebut kembali Jerusalam, umat Islam memerlukan waktu 88 tahun (1099-1187).

Saat ini, umat Islam terserang penyakit kompleks, sejenis kanker ganas yang telah menghancurkan sel-sel tubuh. Bukan hanya secara ekonomi, politik, dan militer (untuk kawasan tertentu, seperti Palestina), kaum Muslim terhegemoni. Tapi, secara moral, konsep keilmuan, dan semangat pun, banyak yang tidak “PD” (percaya diri) pada konsep Islam.

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/hakikat-ijazah-dan-bahaya-kekacauan-ilmu

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait