HATI-HATI, MENGHAFAL AL-QURAN, TETAPI PIKIRANNYA TIDAK QURANI

HATI-HATI, MENGHAFAL AL-QURAN,  TETAPI PIKIRANNYA TIDAK QURANI

 

Artikel Terbaru ke-2.078

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

 

            Salah satu adab orang muslim terhadap al-Quran adalah menghafal ayat-ayatnya. Tetapi, menurut Imam an-Nawawi, masih ada beberapa adab lain yang wajib dilakukan orang muslim terhadap al-Quran, yaitu membacanya dengan benar, memahaminya, menerapkannya, dan membela al-Quran dari penafsiran yang menyimpang.

            Dalam berbagai acara, saya bertanya kepada para guru dan santri: Sebutkan contoh negara maju! Maka, disebutlah sejumlah negara yang selama ini disebut-sebut telah maju, seperti Amerika Serikat, Jepang, Singapura, Finlandia, dan sebagainya.

            Jawaban itu sangat bisa dimaklumi. Sebab, memang materi ajar yang diterima para siswa di sekolah menyebutkan negara maju adalah negara yang pendapatan per-orangnya tinggi: “Negara maju adalah negara yang rakyatnya memiliki kesejahteraan atau kualitas hidup yang tinggi. Sedangkan negara berkembang adalah negara yang rakyatnya memiliki tingkat kesejahteraan atau kualitas hidup taraf sedang atau dalam perkembangan.”

            Pemerintahan Prabowo Subianto saat ini sedang bekerja keras untuk memberantas kemiskinan dan membawa Indonesia menjadi negara maju. Kita sangat mendukung usaha seperti ini. Rakyat Indonesia memang tidak patut hidup dalam kemiskinan, karena negeri ini dikaruniai Allah kekayaan alam yang sangat melimpah.

            Yang patut kita usulkan kepada pemerintah adalah cara pandang terhadap kemajuan yang lebih bersifat adil dan menyeluruh. Kemajuan jangan hanya diukur dari kekayaan dan hal-hal yang bersifat fisik belaka. Tetapi, aspek kejiwaan, akhlak, dan kebahagiaan patut dijadikan acuan utama untuk mengukur kemajuan suatu bangsa.

            Dan khusus untuk penghafal al-Quran, jangan sampai ayat-ayat al-Quran hanya dibaca dan dihafalkan, tetapi membiarkan pikirannya dimasuki konsep-konsep atau pemikiran-pemikiran yang justru bertentangan dengan konsep al-Quran. Jangan sampai rajin membaca dan menghafal al-Quran, tetapi memiliki pemikiran materialis-sekularis, seperti sifat-sifat kaum Yahudi, sebagaimana yang digambarkan dalam al-Quran.            Kemuliaan atau kemajuan seseorang atau suatu bangsa sepatutnya mengutamakan indikator ketaqwaan dan akhlak mulia. Sebab, Allah menjamin, jika penduduk satu negeri beriman dan bertaqwa, pastilah akan dikucurkan berkah dari langit dan dari bumi. (QS al-A’raf:96).

            Dan yang pertama kali harus dilakukan adalah proses pembersihan jiwa (tazkiyyatun nafs). Orang yang membersihkan jiwanya, pastilah akan sukses dan menang. Sebaliknya, orang yang mengotori jiwanya, pasti akan hanur dan kalah. Inilah konsep al-Quran untuk memajukan suatu bangsa. (QS al-Syams:9-10).

            Jika merujuk kepada konsep al-Quran itu, maka kiblat kemajuan adalah pribadi, keluarga, masyarakat dan negara Nabi Muhammad saw. Kiblat kemajuan bukan Amerika Serikat, Jepang, Inggris, atau un China. Sebab, Nabi Muhammad saw telah sukses melahirkan manusia-manusia terbaik dan membangun satu negara ideal dengan kriteria Qurani. Yang paling penting dalam menentukan kemajuan adalah jiwa rakyatnya dan juga kemuliaan akhlak mereka.

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/hati-hati,-menghafal-al-quran,--tetapi-pikirannya-tidak-qurani

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait