INILAH PERAN HIZBULLAH DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN RI

INILAH PERAN HIZBULLAH DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN RI

(Artikel ke-1.267)

Oleh: Dr. Susianto (Dosen Universitas Islam Sultan Agung Semarang) 

Barisan Hizbullah dan Barisan Sabilillah mungkin adalah nama yang bisa jadi asing bagi generasi muda Indonesia hari ini. Tidak heran, nama kedua laskar rakyat ini memang jarang diperkenalkan dalam buku-buku sejarah di bangku sekolah.

Padahal peran Hizbullah dan Sabilillah cukup strategis dan penting dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sejumlah peristiwa penting dan menentukan di tanah air seperti pertempuran Palagan Ambarawa, Pertempuran 10 November di Surabaya (sekarang diperingati sebagai Hari Pahlawan), Pertempuran 5 hari di Semarang, dan lain sebagainya tidak lepas dari peran pasukan Hizbullah maupun Sabilillah. Penumpasan pemberontakan PKI Muso tahun 1948 juga berkat peran kedua laskar yang lahir dari rahim kesadaran jihad umat Islam di Indonesia tersebut.

            Barisan Hizbullah lahir dari rahim umat Islam untuk mengentaskan masyarakat dari kesengsaraan akibat penjajahan. Landasan utama perjuangan laskar rakyat ini adalah menggunakan Al Quran dan Sunnah sebagai pedoman hidup. Dalam konsep Islam, kebatilan dan kedzaliman harus dienyahkan. Dengan diiringi semangat cinta tanah air dan keinginan untuk merdeka menentukan nasib sendiri, maka terbentuklah barisan Hizbullah.

            Selain membentuk tentara PETA (Pembela Tanah Air), ketika itu, Jepang mengijinkan para pemimpin ormas Islam yang terdiri dari Muhammadiyah, Nahdatul Ulama (NU), PSII, dan lain-lain yang tergabung dalam Madjelis Sjoero Moeslimin Indonesia (Masyumi) untuk membentuk barisan relawan yang berisi para pemuda Islam yang tidak bisa bergabung di PETA.

            Pada 14 Oktober 1944, lahirlah barisan Hizbullah di Jakarta. Pelatihan pertama kali diselenggarakan di Cibarusa, Bogor, Jawa Barat dengan diikuti sekitar 500 orang pemuda muslim yang berasal dari 25 karesidenan di Jawa dan Madura. Pelatihan ini dilakukan di bawah pengawasan seorang Perwira Jepang bernama Yamagawa dengan dibantu sejumlah instruktur dari perwira PETA selama 3,5 bulan.

Versi lain, buku “Sejarah Nasional Indonesia VI” menyebutkan bahwa pembentukan Hizbullah dilakukan pada 15 Desember 1944. Sementara pelatihan yang dilakukan di Cibarusa hanya berlangsung selama 2 bulan. Keanggotaan Hizbullah pada masa berikutnya sempat mencapai 50.000 personil, sama dengan jumlah pasukan Jibakutai (barisan berani mati).

Di bidang kerohanian, mereka berada di bawah bimbingan sejumlah ulama antara lain K.H. Musthafa Kamil dari Jawa Barat untuk pembinaan jasmani; K.H. Mawardi dari Surakarta untuk bidang tauhid; K.H. Imam Zarkasyi dari Pesantren Gontor, Ponorogo; Kyai Mursyid dari Pacitan; Kyai Syahid dari Kediri, K.H. Abdul Halim dari Majalengka untuk bidang politik; K.H. Thohir Dasuki dari Surakarta untuk bidang Sejarah; Kyai Roji’un dari Jakarta; dan KH. Abdullah. (Lihat: Soepanto (ed.), Hizbullah Surakarta 1945-1950, Karanganyar: UMS, tth, p. 7; Lihat juga: Marwati Djoenoed Poesponegoro dan Nugraha Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia, Jilid IV, Edisi IV, Jakarta: Balai Pustaka, 1984, p. 31-32).

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/inilah-peran-hizbullah-dalam-perjuangan-kemerdekaan-ri

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait