JANGAN MEREMEHKAN SEDEKAH KATA

JANGAN MEREMEHKAN SEDEKAH KATA

Artikel Terbaru ke-2.105

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

 

Dalam Kitab Ta’limul Muta’allim, Syekh Al-Zarnuji menjelaskan, bahwa ciri ilmu yang bermanfaat adalah ilmu itu diamalkan dan diajarkan. ”Diajarkan” maknanya, ilmu itu disedekahkan kepada orang lain. Ilmu itu tidak disimpan sendiri. Bahkan, ”sedekah ilmu” itu begitu besar nilainya, karena bisa menjadi sedekah jariyah: ”al-ilmu yuntafa’u bihi).

Al-Quran menggambarkan bahwa aktivitas manusia yang paling manusia adalah ”al-qaul” yang mengajak manusia untuk mendekat kepada Allah. ”Wa man ahsanu qaulan min man da’a ilallaahi wa’amila shalihan wa-qala innanii minal muslimin” (QS Fusshilat: 33).

Qaul (Perkataan) terbaik adalah (kata-kata) orang yang mengajak manusia kepada Allah. Orang bisa saja sedekah harta atau sedekah senyuman. Tetapi, jangan meremehkan sedekah kata yang bermanfaat. Kata-kata yang tersusun indah dan mampu meluluhkan hati dan pikiran manusia untuk mendekat kepada Allah merupakan aktivitas yang terbaik. Tidak ada kata-kata yang lebih baik dari itu.

Karena pentingnya sedekah kata, maka ilmu dan keterampilan untuk merangkai kata perlu dipelajari dan dilatih dengan serius. Bung Karno belajar serius ketrampilan merangkai kata itu dari seorang orator hebat bernama HOS Tjokroaminoto.

Karena pentingnya kata-kata itulah maka seharusnya para santri atau pelajar Islam sangat bersemangat untuk mengajarkan ilmu yang sudah dimilikinya. Menjadi guru atau dai bukanlah pekerjaaan asal-asalan yang bisa dilakukan dengan sambilan. Para guru itu adalah manusia-manusia mulia yang aktivitasnya mendidik manusia agar menjadi manusia yang baik.

Para guru senang berbagi ilmu dan melatih agar murid-muridnya menjadi orang baik. Jika mereka dibayar, itu dipersilakan. Tetapi, mengajarkan ilmu itu sendiri merupakan kebaikan yang sangat besar manfaatnya, bagi dirinya, orang tuanya, guru-gurunya, dan orang-orang yang mendukung pendidikannya.

Seni merangkai dan menyampaikan kata-kata kepada sesama manusia memerlukan ilmu dan hikmah. Penyampaikan kata-kata perlu dilakukan berdasarkan ilmu yang memadai dan juga kebijakan. Salah satu contoh tokoh yang dikenal dengan kebijakan kata-katanya adalah Mohammad Natsir.

            Dalam pengantarnya untuk buku Capita Selecta (1954), karya Mohammad Natsir, Zainal Abidin Ahmad membuat komentar tentang karakter tulisan M. Natsir: ”Tulisannya yang berisi dan mendalam dengan susunan yang berirama dan menarik hati, sangatlah memikat perhatian para pembaca. Bukan saja karena kata-katanya yang terpilih, yang disusun menurut caranya tersendiri itu, melainkan lebih utama lagi karena isinya yang bernas mengenai soal-soal sosial, ekonomi dan politik yang menjadi kebutuhan bangsa kita pada waktu itu. Semuanya dijiwainya dengan semangat dan ideologi Islam yang menjadi pegangan hidupnya.”

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/jangan-meremehkan-sedekah-kata

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait