Artikel Terbaru ke-1.874
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Sudah 18 bulan berlalu, KH Aceng Zakaria dipanggil Allah SWT. Beliau wafat pada 21 November 2022 dalam usia 74 tahun. Tapi, hingga kini, saya beberapa kali menyebut nama beliau sebagai salah satu produk model pendidikan ideal di Indonesia. Kami memang sudah kenal sejak puluhan tahun lalu.
Kunjungan terakhir saya ke rumah dan pesantren beliau terjadi pada tahun 2019, setelah mengisi satu acara di Sekolah Tinggi Agama Islam Persis Garut. Seperti tahun-tahun sebelumnya, saya dijamu makanan istimewa di atas kolam, di rumah beliau. Di situlah KH Aceng Zakaria biasa menerima tamu, termasuk sejumlah pejabat tinggi negara.
Saat itu, Kiai Aceng Zakaria sudah mulai diserang penyakit. Ia harus duduk di kursi, menemani tamu-tamunya yang makan, duduk di lantai. Beliau memang dikenal dengan keilmuan dan akhlaknya yang mulia. Kegigihannya dalam berjuang pun juga tak diragukan. Dalam kunjungan itulah, beliau bercerita bahwa ada seorang pejabat tinggi yang menawari dana Rp 10 miliar, untuk satu pilihan politik tertentu. Tapi, beliau menolak dengan halus.
Nah, beberapa bulan sebelum wafat, pada 29 Januari 2022, beliau bersama istrinya, berkunjung ke Pesantren At-Taqwa Depok. Kami sempat berbincang-bincang sebentar, sebelum beliau melanjutkan aktivitasnya, mengisi pengajian dan mengunjungi Ust Amin Jamaluddin yang juga sudah dipanggil oleh Allah SWT.
Beliau diantar oleh seorang sejarawan dan pegiat dokumentasi sejarah bernama Hadi Nur Ramadhan, yang merupakan alumnus Sekolah Tinggi Mohammad Natsir. Kunjungan itu sangat singkat, tetapi meninggalkan kenangan yang mendalam.
Dalam perbincangan di Pesantren At-Taqwa itulah saya bertanya langsung kepada beliau. “Apakah betul Pak Kiai dulu dilarang kuliah oleh guru Pak Kiai untuk kuliah di Perguruan Tinggi?”
Beliau menjawab, “Ya, saya diharamkan kuliah oleh guru saya.” Alasannya, gurunya itu khawatir, setelah kuliah, murid-muridnya tidak mau menjadi guru, tidak mau mengajar anak-anak. Itulah alasan sang guru yang melarang Kiai Aceng Zakaria untuk kuliah di Perguruan Tinggi formal.
Dalam buku yang berjudul: “KH Aceng Zakaria Ulama Persatuan Islam,” karya Pepen Irpan Fauzan, dkk., disebutkan di usianya yang ke-73 tahun, Kiai Aceng Zakaria telah menulis 103 judul buku; dan 33 judul ditulis dalam Bahasa Arab. Beberapa diantara bukunya termasuk kategori best seller, seperti: al-Hidayah fi Masaaili Fiqhiyyah al-Muta’aridhah, al-Muyassar fi Ilmi al-Nahwi, dan al-Kaafi fi Ilmi al-Sharfi.
Jadi, Kiai Aceng Zakaria tidak memiliki gelar akademik apa pun dan merupakan lulusan Madrasah Mu’allimin Persis Bandung. Tentu saja keistimewaan Kiai Aceng Zakaria adalah keikhlasan dan adabnya yang tinggi dalam mencari ilmu. Ia sangat taat kepada orang tua dan gurunya.
Sejak masa kanak-kanak, Kyai Aceng dididik dengan adab yang tinggi oleh ayahnya, KH Ahmad Kurhi, yang dikenal luas sebagai ulama tasawwuf. Ia sering mengajarkan ilmu tasawwuf bersumber dari kitab Hikam, karya Ibnu Atha’illah.
Lanjut baca,
KIAI HEBAT INI DULU DIHARAMKAN KULIAH OLEH GURUNYA (adianhusaini.id)