LIMA TANTANGAN STRATEGIS BANGSA INDONESIA VERSI KEMENRISTEKDIKTI, AWAS BAHAYA ATEISME

LIMA TANTANGAN STRATEGIS BANGSA INDONESIA  VERSI KEMENRISTEKDIKTI, AWAS BAHAYA ATEISME

 

Artikel Terbaru ke-2.074

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

 

            Pada 7 Desember 2024, Menteri Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi (Mendikti Saintek) Prof. Dr. Satryo Soemantri Brojonegoro menyampaikan presentasi tentang “Arah Kebijakan Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Kabinet Merah Putih.” Dalam presentasinya, Mendikti Saintek menjelaskan tentang “Tantangan Strategis Bangsa Indonesia”.

            Disebutkan, ada lima Tantangan Strategis yang dihadapi bangsa Indonesia: (1) Perubahan iklim, (2) Pelambatan ekonomi global, (3) Disrupsi kecerdasan buatan, (4) Ancaman pendemi baru dan (5) Terbatasnya waktu bonus demografi.

            Kelima tantangan strategis bangsa itu memang patut diantisipasi dengan serius, karena memiliki pengaruh besar terhadap tujuan pembangunan nasional. Tapi, jika boleh mengusulkan, perlu ditambahkan tantangan strategis lain, yaitu meluasnya ateisme global.

            Situs https://www.brunel.ac.uk (2/10/2024), memuat berita berjudul Study explains global rise in atheism and shows that atheists now outnumber theists in the UK”.  Disebutkan: Dr Lois Lee, from the University of Kent’s Department of Religious Studies, said: “The UK is entering its first atheist age. Whilst atheism has been prominent in our culture for some time – be it through Karl Marx, George Eliot, or Ricky Gervais – it is only now that atheists have begun to outnumber theists for the first time in our history."

            Jadi, Inggris kini memasuki era baru. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, kaum ateis jumlahnya melebihi kaum teis, kaum bertuhan. Tim peneliti itu juga melakukan survei terhadap 25 ribu orang di enam negara (Brazil, Cina, Denmark, Inggris dan Amerika Serikat) tentang penyebab orang menjadi ateis atau agnostik.

            Britannica.com mendefinsikan atheism” sebagai:  the critique and denial of metaphysical beliefs in God or spiritual beings. As such, it is usually distinguished from theism, which affirms the reality of the divine and often seeks to demonstrate its existence. Atheism is also distinguished from agnosticism, which leaves open the question whether there is a god or not, professing to find the questions unanswered or unanswerable”.

            Jadi, ateisme adalah penolakan terhadap terhadap hal-hal metafisik. Dengan definisi seperti ini, kita patut bertanya, ketika perumusan konsep pembangunan, ekonomi, pendidikan dan sebagainya, tidak memperhitungkan aspek-aspek Ketuhanan, apakah itu bisa dikategorikan sebagai halyang ateistik? Mari kita renungkan.

            Pada 7 April 2023, laman berita www.cnbcindonesia.com, menulis berita berjudul: “Fenomena Warga Arab Ramai Jadi Ateis, Ternyata Ini Pemicunya.”  Disebutkan, bahwa menurut laporan "Saudi Arabia 2021 International Religious Freedom Report (2021)", tercatat ada 224 ribu yang memilih tidak beragama, baik ateis atau agnostik.

             Umat beragama di dunia saat ini sedang menghadapi tantangan besar akibat dominasi peradaban Barat yang jati dirinya memang menolak peran agama.       Mohammad Asad, dalam bukunya, Islam at the Crossroads, sudah mendefinisikan, bahwa peradaban Barat bersifat “irreligious in its very assence”. 

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/lima-tantangan-strategis-bangsa-indonesia--versi-kemenristekdikti,-awas-bahaya-ateisme

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait