MENGAPA MASIH MENOLAK WAHYU SEBAGAI SUMBER ILMU

MENGAPA MASIH MENOLAK WAHYU SEBAGAI SUMBER ILMU

Oleh: Dr. Tiar Anwar Bachtiar

(Alumni Program Kaderisasi Ulama Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia)

 Hingga kini, masih ada keengganan pada sebagian pemegang kebijakan dan pelaku pendidikan untuk menjadikan wahyu sebagai salah satu sumber ilmu. Padahal, dalam kurikulum 2013 masalah agama menjadi perhatian penting. Dalam pelajaran sejarah, misalnya, disebutkan ada empat domain utama tujuan mata pelajaran ini. Bila diringkas empat inti  tujuan pelajaran sejarah ini adalah: 1) mengembangkankan penghayatan terhdap ajaran agama, 2) mengembangkan perilaku positif, 3) mengembangkan penguasaan ilmu pengetahuan (sejarah) untuk menghadapi kejadian-kejadian aktual, dan 4) mempu mengembangkan ilmu pengetahuan yang dipelajari (sejarah).

Menarik bahwa dua di antara empat tujuan inti pelajaran sejarah ini adalah ingin mengarahkan peserta didik untuk beragama dan berkarakter baik. Kurikulum ini diharapkan dapat dicapai dengan mencapai target kompetensi dasar yang juga telah dirumuskan. Agar beragama dengan baik, materi-materi sejarah yang berisi berbagai cerita tokoh diharapkan dihayati kehidupan keagamaan mereka. Sementara agar terbentuk karakter yang baik, perilaku-perilaku baik para tokoh sejarah seperti cinta damai, responsif, dan pro-aktif diteladani. Karakter baik ini pun diusahakan dicapai dengan mengembangkan sikap tanggung jawab dan peduli terhadap peninggalan sejarah; juga dengan bersikap jujur dalam menjalani proses pembelajarannya.

Tujuan seperti di atas sepertinya baik-baik saja dan ada usaha yang cukup progresif untuk beranjak menyusun tujuan bukan hanya berhenti pada aspek penguasaan sejarah secara sekular, melainkan berusaha untuk mendekatkan peserta didik kepada agama. Model internalisasi pengajarannya adalah dengan penghayatan atas perilaku agamis dari tokoh-tokoh sejarah.

 

Kontradiktif

 

Sekalipun belum sepenuhnya ideal, untuk mencapai tujuan inti ini saja bukan perkara mudah, mengingat selama ini sejarah sudah terlanjur dipersepsi secara sekular. Diperlukan perubahan mendasar, terutama pada materi ajar yang menjamin tujuan ini dapat tercapai. Apalagi, pada tujuan dasar aspek tujuan penguasaan ilmu sebagai penjabarannya masih mengadopsi hal-hal yang justru kontradiktif terhadap tujuan yang sifatnya agamis di atas.

Sebagai contoh, dalam kompetensi dasar yang harus dikuasai untuk mencapai tujuan inti penguasaan ilmu sejarahnya disebutkan salah satunya pada poin 3.3 disebutkan kompetensi dasar yang harus dikuasai adalah dapat mendeskripsikan asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia (Proto, Deutero Melayu dan Melanesoid).

Kompetensi dasar ini sebetulnya suatu pertanyaan standar saja dalam sejarah. Setiap pertanyaan sejarah akan sampai pada keinginan mengungkap asal-usul paling dasar dari kehidupan. Ini adalah pertanyaan dasariah setiap manusia dalam berbagai komunitas. Hanya saja, yang menjadi persoalan adalah bagaimana persoalan dasariah itu dijawab. Inilah nanti yang berkaitan dengan konten pelajaran yang akan disampaikan.

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/mengapa-masih-menolak-wahyu-sebagai-sumber-ilmu

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait