MENYIKAPI PEMERINTAHAN PRABOWO, KITA BELAJAR DARI SIKAP M. NATSIR

MENYIKAPI PEMERINTAHAN PRABOWO,  KITA BELAJAR DARI SIKAP M. NATSIR

 

 Artikel Terbaru ke-2.149

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

 

            Dalam usianya yang belum genap setahun, Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto sudah menghadapi berbagai tantangan berat. Khususnya, dalam pembangunan ekonomi dan pemberantasan korupsi. Harapan yang sangat besar dari rakyat kadangkala berujung kepada keresahan dan kekecewaan, karena melihat tindakan Presiden dan sejumlah menterinya yang dianggap tidak sesuai dengan harapan.

            Akan tetapi, sebagai muslim, kita dituntut tetap berlaku adil. Sikap adil dapat kita lakukan jika kita benar-benar memahami realitas yang sedang terjadi. Di tengah derasnya arus informasi melalui media online, tidak sedikit berita-berita yang mengajak agar masyarakat bersikap pesimis terhadap masa depan Indonesia.

            Bagaimana menghadapi situasi seperti ini? Kita bisa merujuk kepada sikap Mohammad Natsir terhadap pemerintahan Orde Baru. Ketika itu, meskipun banyak mengalami perlakuan yang tidak mengenakkan dan juga banyak mengkritik kebijakan pemerintah Orde Baru, tetapi Mohammad Natsir tetap membantu program politik dan pembangunan pemerintah.

Inilah sikap negarawan yang patut diteladani. Negarawan memikirkan kemaslahatan negara dan masyarakat, bukan mengutamakan kepentingan diri dan kelompoknya. Ada sejumlah kisah menarik tentang sikap negarawan  Mohammad Natsir yang dituturkan oleh Pak Natsir sendiri, seperti ditulis oleh Majalah Media Dakwah edisi Maret 1993.

Misalnya, saat masih berada di tahanan, Pak Natsir didatangi seorang utusan pemerintah. Ia diminta menulis surat pengantar kepada Perdana Menteri Malaysia Tengku Abdul Rahman untuk memudahkan rehabilitasi hubungan Indonesia dan Malaysia. “Tanpa pikir panjang, tugas itu saya penuhi,” kata Pak Natsir.

Peristiwa lain, ketika diundang ke Jepang dan bertemu dengan tokoh-tokoh Keidanren – organisasi industriawan dan pengusaha Jepang – Pak Natsir menyampaikan kekecewaannya kepada mereka. Pasalnya, kunjungan Presiden Soeharto ke Jepang sebelum itu, gagal mendapatkan kucuran kredit bantuan dari Jepang.

“Saya mencoba meyakinkan mereka, bahwa mereka tidak bisa mengabaikan Indonesia. Mereka memahami penyesalan saya,” tutur Pak Natsir.

Menurut pihak Jepang, sebenarnya mereka sudah mengingatkan Departemen Luar Negeri Indonesia, agar kunjungan Presiden Indonesia ke Jepang ditunda beberapa bulan lagi. Penundaan itu terkait dengan rencana perubahan suatu undang-undang di Jepang yang terkait dengan masalah tersebut.

Ketika di Jepang, Mohammad Natsir juga menyampaikan saran kepada pemerintah Jepang, agar Menteri Keuangan Jepang menyeponsori satu konsorsium internasional yang membantu pembangunan di Indonesia. Akhirnya Jepang menyetujui dibentuknya IGGI (Inter Govermental Group on Aid for Indonesia).            

Masih ada lagi. Pak Natsir berkisah, bahwa suatu ketika seorang tokoh datang ke rumahnya. Ia diutus oleh Ali Murtopo, salah satu perwira militer yang sangat berpengaruh di masa Orde Baru. Ali Murtopo meminta bantuan Pak Natsir untuk melobi pemerintah negara-negara Arab agar mengucurkan kredit ke Indonesia. Pak Natsir pun menulis surat kepada pemerintah Kuwait agar membantu kredit ke Indonesia.

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/menyikapi-pemerintahan-prabowo,--kita-belajar-dari-sikap-m.-natsir

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait