Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Hari-hari ini begitu banyak masalah kehidupan yang menghebohkan muncul di media massa. Mulai masalah Corona, hutang negara, kenaikan iuran BPJS, TKA dari Cina, dan sebagainya. Di media sosial, masalah-masalah ini tersebar secara masif, sehingga terkadang membuat kita agak “sesak nafas”.
Kita bersyukur, ada banyak kalangan tokoh masyarakat yang bersikap kritis terhadap berbagai kebijakan atau kondisi sosial yang menyimpang. Tentu saja, kritik terhadap penguasa (pemerintah dan DPR) adalah hal yang baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahkan, nasehat kepada penguasa yang salah adalah bentuk jihad utama.
Di saat-saat seperti inilah muncul harapan pada sebagian kalangan akan datangnya pemimpin dan sistem baru yang mampu membawa masyarakat dan bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik. Harapan-harapan seperti ini terus datang silih berganti, dan tak bosan-bosannya. Tapi, sepertinya harapan itu masih belum juga terwujud.
Tentu kita termasuk yang berharap, bahwa kondisi masyarakat dan bangsa kita akan lebih lagi di masa depan. Baldatun thayyibatun wa-rabbun ghafur, diharapkan benar-benar akan terwujud. Sebab, sudah dijanjikan oleh Allah, bahwa jika penduduk satu negeri beriman dan bertaqwa, pasti akan dikucurkan berkah dari langit dan dari bumi. (QS al-A’raf (7): 96).
Alhamdulillah kita memiliki ribuan pesantren, sekolah Islam, masjid, dan universitas. Tapi, mengapa dalam politik – misalnya – kita harus direpotkan oleh satu atau dua orang “berpengaruh” yang dianggap tidak bersahabat dengan aspirasi Islam? Mengapa berbagai upaya penerapan ekonomi Islam belum mampu mengangkat kejayaan ekonomi umat Islam?
Semua usaha itu adalah usaha yang mulia dan harus terus dilakukan tanpa henti. Tetapi, kita paham, bahwa musuh para nabi, yakni setan dari jenis manusia dan jin tak pernah berhenti untuk menyesatkan langkah-langkah kita! (Lihat QS al-An’am (6): 112).
Lanjut baca,
http://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/merawat-tunas-tunas-generasi-terbaik
