Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Muhammad Asad sudah mengingatkan dalam bukunya, Islam at The Cross Roads, bahwa hakikat peradaban Barat modern adalah “irreligious in its very essence”. Peradaban ini tidak bersahabat dengan agama apa saja.
Dalam kasus zina, misalnya. Begitu kontrasnya tradisi Barat modern tentang zina dengan ketentuan dalam Bible. Zina kini dipandang sebagai ekspresi kebebasan seksual manusia. Bahkan, zina dengan sesama jenis pun, dilegalkan di banyak negara.
Uniknya, pandangan tentang kebebasan seksual sudah merasuki sebagian kalangan muslim. Ada disertasi doktor dalam studi Islam yang menghalalkan zina dan – anehnya -- diluluskan. Setelah menuai banyak protes, disertasi kemudian direvisi.
Bahkan, beberapa tahun sebelumnya, sudah terbit buku berjudul: Jihad Melawan Ekstrimis Agama, Membangkitkan Islam Progresif (terbit pertama Oktober 2009). Penulisnya, alumnus Fakultas Syariah. Buku ini mengungkapkan pandangan Islam progresif terhadap masalah seksualitas:
”Apa yang diwartakan oleh agama (Islam, Kristen dan lainnya) hanyalah satu sisi saja dari sekian banyak persepsi tentang seks itu atau katakanlah sex among others. Bahkan jika kita kaji lebih jauh, ajaran Kristen atau Islam yang begitu ”konservatif” terhadap tafsir teks sebetulnya hanyalah reaksi saja atas peradaban Yunani (Hellenisme) yang memandang seks secara wajar dan natural… Oleh karena itu tidak selayaknya jika persepsi agama ini kemudian dijadikan sebagai parameter untuk menilai, mengevaluasi dan bahkan menghakimi pandangan di luar agama tentang seks. Apa yang kita saksikan dewasa ini adalah sebuah pemandangan keangkuhan oleh kaum beragama (dan lembaga agama) terhadap fenomena seksualitas yang vulgar sebagai haram, maksiat, tidak bermoral dan seterusnya.”
Lanjut Baca,
http://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/zina:-antara-tradisi-barat-dan-petunjuk-bible