Artikel Terbaru ke-2.222
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Meskipun terus diwarnai dengan kontroversi dan perdebatan, tanggal 20 Mei sudah ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). Penetapan itu merujuk kepada peristiwa lahirnya organisasi Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908. Dikabarkan, bahwa Boedi Oetomo merupakan organisasi modern pertama di Indonesia yang merupakan pelopor gerakan perlawanan melawan penjajah Belanda.
Banyak sejarawan yang memandang penetapan hari lahirnya Syarikat Dagang Islam (SDI) pada 16 Oktober 1905 lebih tepat untuk dijadikan sebagai tonggak Kebangkitan Nasional. SDI-lah yang kemudian menjadi Syarikat Islam, organisasi pertama yang bersifat nasional yang memiliki pemikiran serta gerakan perlawanan yang jelas dalam upaya meraih kemerdekaan Indonesia.
Tapi, biarlah perdebatan itu tetap menjadi bagian dari diskusi-diskusi sejarah oleh para sejarawan kita. Faktanya, jika kita merujuk 20 Mei 1908, maka pada tahun 2025 ini, usia kebangkitan kita sebagai bangsa sudah berumur 117 tahun.
Mari kita tanyakan, setelah berjalan selama 117 tahun, apakah kita sudah bangkit? Kita sudah merdeka dan berhasil mempertahankan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Itu jelas satu kebangkitan! Kita juga masih tetap bertahan sebagai satu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ini juga satu kebangkitan!
Secara umum, kita sepakat, bahwa makna kebangkitan yang hakiki adalah jika kondisi masyarakat, bangsa dan negara kita menjadi semakin baik, semakin kuat, semakin cerdas, semakin makmur dan semakin adil, seperti diamanahkan dalam Pembukaan UUD 1945.
Dalam perspektif worldview Islam, suatu bangsa dikatakan bangkit dan maju jika penduduk bangsa itu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebab, bangsa itu akan dikucuri keberkahan oleh Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa. Itu ditegaskan oleh Allah SWT dalam QS al-A’raf ayat 96.
Sayangnya, berbagai konsep pembangunan politik dan ekonomi yang diajarkan di kampus-kampus kita, belum menjadikan iman dan taqwa sebagai indikator kebangkitan atau kemajuan bangsa. Teori-teori pembangunan didominasi pandangan kemajuan yang bersifat materi. Pendapatan per-orang masih dijadikan sebagai indikator utama kemajuan bangsa.
Mungkin kita belum pernah mendengar atau membaca adanya evaluasi dari pihak pemerintah apakah setelah berumur 117 tahun, apakah Indonesia ini sudah bangkit atau belum. Apa indikator yang dijadikan sebagai tolok umur utama dalam menentukan derajat kebangkitan kita? Penetapan 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional harusnya diikuti dengan program pembangunan yang terus-menerus membawa masyarakat dan bangsa kita menuju kemajuan yang hakiki.
Presiden Prabowo Subianto berulang kali menyampaikan tekadnya agar Indonesia menjadi bangsa yang kuat dan disegani. Berulang kali pula, dalam pidatonya, Presiden Prabowo membanggakan Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar. Presiden menyatakan Indonesia jangan menjadi negara yang lemah, sebab bangsa yang lemah akan diperlakukan dengan semena-mena oleh bangsa yang kuat.
Lanjut baca,