Artikel ke-1.854
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Pada hari Sabtu, 6 April 2024, Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir, menyelenggarakan acara diskusi dan peluncuran buku salah satu mahasiswinya. Judulnya:
"KEBEBASAN: Perspektif Barat dan Islam" (Depok: YPI At-Taqwa, 2024), karya Reisya Callista. Sebagai pengulas (komentator), hadir dua cendekiawan muslim terkenal, yaitu Dr. Syamsuddin Arif dan Dr. Nirwan Syafrin.
Dr. Syamsuddin Arif memberikan komentar atas buku ini: "... buku yang ditulis oleh cendekiawan muda ini coba menawarkan jawaban secara filosofis dan islamis, dengan menilik berbagai pendapat para pemikir Timur maupun Barat. Selamat membaca!"
Sedangkan Dr. Nirwan Syafrin menyatakan: "(Penulis) mencoba menampilkan konsep kebebasan Islami yg sejalan dengan fitrah manusia. Pandangannya ini dia ramu dari pikiran Prof. Naquib Al Attas yang berserakan dalam karya-karyanya. Sebuah karya yg sangat bermanfaat."
Pada kesempatan itu hadir juga Rektor STID Mohammad Natsir, Dr. Dwi Budiman. Ia menyatakan sangat bersyukur atas terbitnya buku salah satu mahasiswinya itu. Buku ini menambah daftar prestasi intelektual mahasiswa STID Mohammad Natsir – satu kampus di bawah naungan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII).
Dua tahun lalu, STID Mohammad Natsir juga mengadakan acara peluncuran buku dua mahasiswanya. Yakni, buku “Kritik terhadap Konsep Netralitas Ilmu” karya Azzam Habibullah dan buku berjudul “Solusi Kekacauan Ilmu” karya Fatih Madini.
Dalam bukunya, Azzam memberikan telaah mendasar tentang kekeliruan dan dampak buruk dari konsep netralitas ilmu. Misalnya, dalam bidang kesenian. Netralitas ilmu ini berujung pada netralitas nilai-nilai agama dalam pertunjukan seni. Begitu juga dalam ilmu jiwa (psikologi). Netralitas ilmu berujung pada legalitas LGBT. Azzam kemudian sempat diminta memberikan presentasi tentang bukunya ini di Masjid Baitul Hikmah BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional).
Sementara itu, buku “Solusi Kekacauan Ilmu” setebal 434 halaman ini merupakan buku ketiga Fatih Madini, tetapi buku pertama yang ditulisnya sebagai karya ilmiah yang utuh. Sebelumnya, ia sudah menerbitkan dua bukunya: “Mewujudkan Insan dan Peradaban Mulia” dan “Reformasi Pemikiran Pendidikan Kita”.
Buku Reisya Callista merupakan pengembangan makalah yang pernah ia sampaikan dalam satu seminar pendidikan di RZS CASIS-Universiti Teknologi Malaysia, tahun 2023. Buku setebal 140 halaman ini dilengkapi dengan daftar rujukan sebanyak 84 buku.
Mengutip buku David Hacket Fisher, Liberty and Freedom: A Visual History of America’s Founding Ideas (Oxford: Oxford University Press, 2005), disebutkan, arti “kebebasan” dalam peradaban Barat: “Liberty refers mainly to ideas of independence, separation, and autonomy for an individual or a group. Freedom means the right belonging within a community of free people. The phrase “liberty and freedom” refers to the combined heritage of English-speaking people and to the entire range of beliefs that have developed from their interaction. Most modern visions of these ideas bring together elements of liberty and freedom in every different position.”
Mengutip pendapat Prof. Syed Naquib al-Attas, dalam pandangan Islam, “kebebasan” disebut “ikhtiyar”, yang didefinisikan sebagai: “…Kebebasan sesungguhnya bererti: bekerja, berbuat dan bertindak menurut kehendak sifat asali atau tabiat hakiki insan; kerana pekerjaan, perbuatan dan tindakan yang dianjurkan oleh sifat asali insan itu membawa insan kembali semula ke darajat diri hakiki.” (Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam: Faham Agama dan Asas Akhlak, (Kuala Lumpur: IBFIM, 2013).
Lebih jelas lagi, uraian Prof. Naquib al-Attas tentang kebebasan disebutkan dalam buku Prolegomena to The Metaphysics of Islam (Kuala Lumpur: ISTAC, 1995): “When the man has, by means of ibadat, succeded in curbing his animal and carnal passions and has thereby rendered submissive his animal soul, making it subject to the rational soul, the man thus described has attained freedom in that he has fulfilled the purpose for his creation and existence; he has achieved supreme peace.”
Lanjut baca,
ARTI PENTING PELUNCURAN BUKU MAHASISWI STID MOHAMMAD NATSIR (adianhusaini.id)