SEMOGA PRESIDEN PRABOWO BERKESEMPATAN MENERAPKAN KONSEP PERADABAN MULIA INI

SEMOGA PRESIDEN PRABOWO  BERKESEMPATAN MENERAPKAN  KONSEP PERADABAN MULIA INI

 

Artikel Terbaru ke-2.090

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

 

Presiden Prabowo Subianto telah menggulirkan tekadnya untuk membawa Indonesia menjadi negara maju. Tahun  2045 dicanangkan sebagai target terwujudnya Indonesia Emas. Indonesia menjadi negara kuat dan disegani dunia, serta rakyatnya hidup dalam kemakmuran.

Tentu saja kita menyambut gembira tekad dan usaha pemerintahan Prabowo Subianto. Namun, kita harus menyampaikan gagasan penting agar cita-cita mulia itu bisa terwujud. Yang pasti, kita berharap, Indonesia Emas 2045 akan benar-benar terwujud.

Tapi, patut kita renungkan, harapan besar itu tak kan terwujud tanpa hadirnya manusia-manusia Indonesia yang adil dan beradab. Yakni, manusia-manusia yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia, sebagaimana disebutkan dalam UUD 1945 pasal 31 (3).

Dan untuk melahirkan manusia-manusia semacam itu,  harus dimulai dengan proses pendidikan dan menekankan pembangunan tradisi ilmu. Mengapa tradisi ilmu?  Tidak ada satu peradaban yang bangkit tanpa didahului oleh bangkitnya tradisi ilmu. Bangsa Yunani, Yahudi, bangsa-bangsa di Barat, Jepang, dan sebagainya, mengalami kebangkitan setelah berhasil menanamkan suatu Budaya Ilmu dalam kehidupan mereka.

Tanpa kecuali, Peradaban Islam. Rasulullah SAW telah memberikan teladan yang luar biasa dalam kebangkitan suatu peradaban. Di tengah masyarakat jahiliah gurun pasir, Rasulullah SAW berhasil mewujudkan sebuah masyarakat yang sangat tinggi budaya ilmunya. Para sahabat Nabi saw dikenal sebagai orang-orang yang “haus ilmu”.

Bukan hanya itu, budaya  ilmu yang dibangun oleh Nabi Muhammad saw telah melahirkan manusia-manusia unggulan dalam satu ”generasi sahaby” yang oleh Nabi SAW disebut sebagai ”khairun nâs, qarniy”.  Prestasi Nabi Muhammad SAW dalam  mewujudkan manusia-manusia unggulan ini belum mampu dicapai oleh peradaban manapun, hingga kini. Rasulullah SAW berhasil mengubah ”masyarakat ummiy” yang hidup dalam tradisi lisan menjadi masyarakat yang cinta ilmu dan tradisi tulis. Salah satu kebijakan spektakuler Nabi SAW saat itu adalah membebaskan tawanan perang yang bisa mengajar dan menulis.

Tradisi ilmu yang ditanamkan oleh Rasulullah SAW saat itu pun mampu mengubah masyarakat yang gila minuman keras menjadi masyarakat yang bersih dari ”tradisi teler” hanya dalam tempo beberapa tahun saja; mengubah dari masyarakat yang hidup dalam permusuhan dan kebencian menjadi masyarakat berdasar cinta kasih dan saling koreksi dalam kebenaran dan kesabaran (tawashau bil-haqqi wa-tatawashau bil-shabri).

               Memang, peradaban yang dibangun oleh Islam adalah peradaban tauhid, yang menyatukan unsur dunia dan akhirat, aspek jiwa dan raga. Islam bukan agama yang menganjurkan manusia untuk lari dari dunia demi tujuan mendekat kepada Tuhan. Islam mengajarkan umatnya untuk menaklukkan dunia, tetapi bukan ”gila dunia” (hubbud-dunya). Nabi SAW memerintahkan umatnya bekerja keras untuk menaklukkan dunia dan meletakkan dunia dalam genggamannya, bukan dalam hatinya. Nabi melarang keras sahabatnya yang berniat menjauhi wanita dan tidak menikah selamanya, agar bisa fokus kepada ibadah.

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/semoga-presiden-prabowo--berkesempatan-menerapkan--konsep-peradaban-mulia-ini

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait