BAHAYA PANDANGAN PESANTREN AL-ZAYTUN TERHADAP AL-QURAN

BAHAYA PANDANGAN PESANTREN AL-ZAYTUN  TERHADAP AL-QURAN

 

Artikel Terbaru (ke-1.572)

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

Di media massa, sudah beredar luas kutipan ucapan beberapa khatib Jumat di Pesantren al-Zaytun, yang mengatakan: "Qoola Rasuulullahi shallallahu 'alaihi wasallama fil Quraanul Kariim."

Ucapan itu berarti:  "Rasulullah saw berkata dalam Al-Quranul Karim". Ternyata, ucapan yang diulang-ulang oleh beberapa khatib Jumat itu memang merupakan doktrin yang diajarkan oleh pimpinannya.

Alhamdulillah, sudah cukup banyak ulama dan masyarakat yang mengkritik hal tersebut. Ini menunjukkan umat Islam tidak tinggal diam, setiap ada upaya serangan terhadap al-Quran.  Mungkin para santri itu tidak menyadari, betapa rusaknya pemikiran yang mengubah konsep dasar al-Quran tersebut. Kasihan, mereka menjadi korban pemikiran yang salah.

Untuk memahami bahaya pemikiran tentang al-Quran yang diajarkan di Pesanren Al-Zaytun, ada baiknya kita menelusuri jejak pemikiran Yahudi dan Orientalis dalam menyerang konsep dasar al-Quran sebagai Kalamullah. Bahwa, dalam pandangan Islam, al-Quran – lafadz dan maknanya – adalah dari Allah. Nabi Muhammad saw tidak terlibat dalam perumusan lafadz al-Quran. Beliau hanya menyampaikan Kalam Allah.

Sebenarnya, tuduhan bahwa al-Quran adalah kata-kata Muhammad sudah banyak disampaikan oleh kaum Yahudi, orientalis, dan juga misionaris Kristen. Berikut ini beberapa contohnya.

Dr. Abraham Geiger (1810-1874), seorang orientalis Yahudi dianggap sebagai yang mengawali serangan halus terhadap al-Quran, melalui bukunya “What did Muhammad Borrow from Judaism?”  Setelah Geiger, kemudian bermunculan para orientalis dalam studi al-Quran, seperti Theodor Nöldeke (1836-1930), Friedrich Schwally, Gotthelf Bergsträsser, Otto Pretzl, dan sebagainya.

Pada intinya, para orientalis Yahudi-Nasrani itu tidak mau mengakui al-Quran itu wahyu dari Allah dan menyebut bahwa al-Quran itu adalah karangan Muhammad. Sebab mereka tidak mengakui Muhammad itu sebagai nabi dan mendapatkan wahyu dari Allah berupa al-Quran. Logika mereka, pasti Muhammad berbohong dengan mengaku mendapat wahyu dan kemudian ia menulis al-Quran dengan menjiplak Bibel.

Para orientalis ini menuduh al-Quran sebagai karangan Nabi Muhammad saw, sebab mereka harus mempertahankan keabsahan eksistensi agama mereka. Mereka paham, bahwa al-Quran adalah satu-satunya Kitab yang memberikan kritik-kritik secara mendasar terhadap dasar-dasar kepercayaan Yahudi dan Kristen.

Di Indonesia sempat beredar secara tidak resmi buku berjudul “Mengungkap Kebenaran Diungkapkan: Pandangan Seorang Arab Kristen tentang Islam”  karya Dr. Anis A. Shorrosh. Buku bersampul Putih bergambar salib itu diberi keterangan di sampulnya: “Bacaan Umat Kristen”.  Sebagian isi buku ini menyatakan: ”Setelah mempelajari al-Quran, saya berpikir bahwa kitab itu disusun dengan cara sebagai berikut. Muhammad mengumpulkan prosa dan syair-nya kemudian mencoba mengedit dan mempersiapkannya sebelum diterbitkan untuk berjaga-jaga apabila dia tiba-tiba meninggal dunia.” (hlm. 203).

Lanjut baca,

BAHAYA PANDANGAN PESANTREN AL-ZAYTUN TERHADAP AL-QURAN (adianhusaini.id)

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait