Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Pada hari Ahad (12/6/2022), dalam penerbangan Yogyakarta-Medan, saya membaca buku berjudul “Fardu Ain dan Fardu Kifayah dalam Kurikulum Pendidikan Islam” (Kuala Lumpur: Rihla Media, 2021), karya Mukhlas Nugraha. Buku ini, asalnya adalah Tesis Master di RZS Center for Advanced Studies on Islam Science and Civilization (RZS Casis) Universiti Teknologi Malaysia.
Buku ini menjelaskan definisi ilmu fradu ain dan fardu kifayah menurut Imam al-Safii (w. 820 M), Imam al-Ghazali (w. 1111 M), al-Zarnuji (w. 1223 M), an-Nawawi (w. 1277 M), dan Syed Muhammad Naquib al-Attas (Tahun 2022 ini berumur 91 tahun). Penjelasan para ulama klasik dan cendekiwan kontemporer tentang ilmu fardu ain dan fardu kifayah cukup gamblang. Juga, disertai dengan analisis terhadap kurikulum Pendidikan Tinggi di dua universitas di Jambi.
Secara umum, dijelaskan bahwa ilmu Fardu Ain adalah ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap muslim, agar ia bisa melaksanakan kewajibannya dengan baik. Ilmu ini diperlukan agar setiap muslim selamat dan bahagia dunia akhirat.
Sementara ilmu fardu kifayah, adalah ilmu yang wajib dipelajari oleh sebagian orang muslim. Tetapi, harap dicatat, ada panduan dalam menekuni ilmu fardu kifayah. Menurut Imam al-Ghazali, ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam mencari ilmu fardu kifayah:
- Harus mengunggulkan dan mengutamakan ilmu fardu ain di atas ilmu fardu kifayah.
- Mempelajari ilmu fardu kifayah secara bertahap.
- Menghindarkan diri dari mengkaji ilmu fardi kifayah yang sudah dikaji secara mencukupi oleh banyak orang.
Konsep keilmuan Islam seperti inilah yang sepatutnya diterapkan dalam kurikulum pendidikan di Perguruan Tinggi, khususnya yang sudah menggunakan label sebagai Perguruan Tinggi Islam. Dengan kurikulum seperti itu, maka akan bisa diraih tujuan pendidikan tinggi, yaitu membentuk manusia yang seutuhnya (a universal man/al-insan al-kulliy). Dengan kurikulum seperti itu, insyaAllah akan terbentuk manusia yang mampu menjalankan tugas hidupnya sebagai abdullah dan khalifatullah fil ardh.
Di tengah hegemoni dominasi Perguruan Tinggi sekular, isi buku ini perlu direnungkan dengan sangat serius. Sebab, bukan hanya menyangkut urusan dunia, tetapi juga menyangkut keselamatan dan kebahagiaan dunia-akhirat.
Perintah Rasulullah saw sangatlah jelas, bahwa setiap muslim wajib mencari ilmu. Yang wajib dicari bukan semua ilmu dan sembarangan ilmu. Ilmu yang salah dan guru yang salah bisa mengantarkan terbentuknya ilmuwan-ilmuwan atau pemimpin-pemimpin yang salah atau pemimpin palsu. Ilmu yang salah mengantarkan kepada kekacauan ilmu dan hilangnya adab.
Karena itu, kehadiran buku yang serius seperti ini patut disambut baik. Buku ini memperkuat lagi pemahaman terhadap konsep Pendidikan Tinggi yang diuraian oleh Prof. Syed Naquib al-Attas. Pada tahun 2017, gagasan Prof. al-Attas tentang Pendidikan Tinggi telah ditulis oleh Dr. Muhammad Ardiansyah, dalam bentuk disertasi doktor bidang Pendidikan Islam di Universitas Ibn Khaldun Bogor. Disertasinya berjudul “Konsep Adab Syed Muhammad Naquib al-Attas dan Aplikasinya di Perguruan Tinggi”.
Lanjut baca,