Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Pada hari Ahad (17/4/2022), saya berkesempatan hadir dalam acara presentasi Makalah Para Santri PRISTAC 2 Angkatan 4, melalui media daring. PRISTAC (Pesantren for the Study of Islamic Thought and Civilization) adalah pendidikan tingkat SMA di Pesantren at-Taqwa Depok. Dari judul-judul makalah para santri itu tergambar tingkat dan corak pemikiran para santri yang rata-rata berumur 15-16 tahun.
Presentasi makalah itu dilakukan empat kali. Pada 9 April 2022, tampil lima Santri PRISTAC. Nama dan judul makalahnya adalah: 1) Fawwaz Ziyad el-Hakim, “Guru dalam Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara”; 2) Khalisah Inas Tsabita, “Peran Orang Tua Tokoh Islam di Balik Kesuksesan Mereka”; 3) Cut Aisyah Kinanti, “Kritik terhadap Pemikiran Abraham Geiger tentang al-Qur’an; 4) Aisyah Zahra Ghaisani, “Budaya Ilmu di Andalusia: Kebangkitan dan Keruntuhannya”; dan 5) Nazwa Asifa Zahra, “Rahmah el-Yunusiah: Teladan bagi Muslimah Indonesia”.
Esoknya, 10 April 2022, tampil pula lima Santri setelahnya: 6) Najda Khadijah Fadilla, “Pesan Pendidikan Imam al-Ghazali: Kajian Kitab Bidayatul Hidayah”; 7) Salma Mufida Aqila, “Relasi antara Kemajuan dan Agama: Studi Perbandingan Barat dan Islam”; 8) Fatha Mubina Aziza, “Keumalahayati: Keteladanan dan Perjuangan”; 9) Salma Kamila Santosa, “Menepis Tuduhan Ahmad Amin terhadap Kredibilitas Abu Hurairah ra.”; 10) dan Daud Syarif, “Pemikiran Pendidikan Ahmad Hassan dan Implementasinya di Indonesia”.
Pekan depannya, 16 April 2022, enam Santri lainnya tampil menyajikan makalahnya: 11) Fawwaz Ammar Narain, “Kritik terhadap Pluralisme Agama menurut Adian Husaini”; 12) Nabila, “Tazkiyatun Nafs dalam Perspektif Said Nursi”; 13) Yasmin Amira Salsabila, “Meneladani Kisah para Ulama dalam Menuntut Ilmu; 14) Abdul Hadi Taqiyuddin, “Konsep Kebahagiaan menurut Imam al-Ghazali: Kajian Kitab Kimmiyatus-Sa’adah”; 15) Subhan Ramadhan, “Metode Pendidikan Imam Syafi’i: Urgensi Adab dan Ilmu”; dan 16 Niswa Fatiha Rizkiya, “Pandangan Buya Hamka tentang Kemuliaan Perempuan”.
Terakhir, 17 April, lima santri tersisa menutup rangkaian presentasi tahap ketiga ini: 17) Jamilah Afifah Rahmah, “Problematika Feminisme dalam Memandang Kebebasan Perempuan”; 18) Aditya Saputra, “Ayat-ayat Cinta dalam Tafsir al-Azhar”; 19) Isy Karima, “Relasi Da’wah dan Seni pada Masa Awal Islamisasi di Indonesia”; 20) Hanun Hilmiya Hazimah, “Meneladani Kemuliaan Fatimah az-Zahra”; dan 21) Muhammad Rama Sutanto, “Peran Perjuangan HOS Tjokroaminoto Melawan Kolonialisme Belanda”.
Menurut Direktur PRISTAC, Ahda Abid al-Ghifari, karya para santri setingkat SMA ini merupakan terobosan penting. Para Santri telah membuktikan bahwa di usia muda, mereka dapat menyajikan karya tulis pada masalah-masalah penting dan menyangkut kemaslahatan masyarakat secara luas. Ia mengakui banyak yang memberikan apresiasi bahwa pada usia belia, anak-anak itu telah melahirkan karya ilmiah yang termasuk “berat”.
Lanjut baca,
https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/beginilah-sepatutnya-anak-anak-sma-berpikir