Artikel Terbaru (ke-1.631)
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Pada Hari Kamis (24/8/2023), saya kedatangan tiga orang tamu ke Pesantren At-Taqwa. Ketiganya bermaksud berbagi cerita tentang hubungan Mohammad Natsir (Pak Natsir) dengan negara Jepang, khususnya dengan Perdana Menteri Jepang Takeo Fukuda dan utusannya bernama Nakajima.
Seorang tamu berkisah, bahwa ia pernah belajar di Jepang dan sekarang mengelola satu perusahaan di bidang minyak dan gas. Seorang tamu lagi yang berumur 67 tahun berkisah bahwa ia pernah diutus Pak Natsir ke Jepang dan bertemu dengan beberapa pejabat pemerintah Jepang.
Kedua tamu mengaku pernah bertemu dengan Nakajima di Jakarta, tahun 1995. Ketika itu, Nakajima sudah berumur lebih dari 70 tahun. Ia hadir dalam Upacara Bendera 17 Agustusan di Istana Negara Jakarta. Tahun 1995 itu saya masih aktif sebagai wartawan Harian Republika yang bertugas di Istana.
“Saya ingat betul ketika itu, Nakajima menerima kami tidak pakai baju. Hanya pakai celana saja. Saya diminta Nakajima agar membantu Dewan Da’wah dengan memberikan sumbangan dari keuntungan zakat perusahaan sebesar 2,5 persen,” ujar tamu tersebut.
Menurutnya, Nakajima begitu hormatnya kepada Pak Natsir. Ia menduga Nakajima adalah mantan tentara Jepang yang bersimpati kepada Indonesia. Meskipun sudah berusia lanjut, tubuhnya tampak tegap dan kuat. Nakajima bisa berbahasa Indonesia dengan lancar.
Ternyata, sosok Nakajima ini pernah menulis artikel khusus di Majalah Media Dakwah, Edisi Maret 1993. Edisi ini merupakan terbitan khusus berisi laporan tentang wafatnya Mohammad Natsir, yang wafat di Jakarta pada 6 Februari 1993. Artikel Nakajima itu berjudul: “Kami Banyak Belajar dari Mohammad Natsir”.
Dalam suratnya tertanggal 8 Februari 1993, yang ditujukan kepada keluarga besar Mohammad Natsir, Takeo Fukuda menulis, bahwa berita wafatnya Mohammad Natsir, terasa lebih dahsyat dari bom atom Hiroshima.
“Dengan sedih kami menerima berita kehilangan besar dengan meninggal dunianya Dr. Mohammad Natsir. Ketika menerima berita duka tersebut terasa lebih dahsyat dari jatuhnya bom atom di Hiroshima, karena kita kehilangan pemimpin dunia, dan pemimpin besar dunia Islam. Peranan beliau masih sangat diperlukan dalam mengkoordinasikan dunia yang stabil. Saya banyak belajar dari beliau ketika beliau berkunjung ke Jepang di saat saya menjabat Menteri Keuangan. Beliaulah yang meyakinkan kami di Jepang tentang perjuangan masa depan pemerintah Orde Baru di Indonesia yang bersih dan sejahtera, bersamaan dengan cita-cita beliau untuk menciptakan dunia Islam yang stabil, adil, sejahtera dengan kerja sama Jepang. (Surat Takeo Fukuda dikutip dari buku Gagasan dan Gerak Dakwah Natsir, karya H. Mas’oed Abidin (Yogyakarta: Gre Publishing, 2012).
Sementara itu, dalam artikelnya di Majalah Media Dakwah, Nakajima menyatakan, ia
Fukuda untuk menemui Pak Natsir di Indonesia sampai 200 kali. Ia menyatakan bahwa Mohammad Natsir bagi rakyat Jepang mempunyai arti khusus.
Lanjut baca,
BEGITU ISTIMEWANYA HUBUNGAN PAK NATSIR DENGAN JEPANG (adianhusaini.id)