Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Pada Hari Sabtu, 12 Desember 2020, saya berkesempatan mengisi ceramah dan diskusi dengan para mubaligh Persatuan Islam (Persis) wilayah DKI Jakarta. Ada sekitar 70 mubaligh Persis yang hadir. Temanya tentang tranformasi jihad menuju kebangkitan peradaban.
Tema itu sangat penting bagi kebangkitan dan kemajuan organisasi Islam Persis, yang pada tahun 2023 nanti akan memasuki usia ke-100 tahun. Kebangkitan peradaban – menurut Muhammad Asad – akan terjadi jika peradaban itu punya keyakinan dan rasa bangga terhadap dirinya dan tidak terputus dari sejarahnya sendiri.
Persis selama ini dikenal sebagai organisasi yang memiliki tradisi ilmu dan dakwah yang kuat. Meskipun pengikutnya tidak sebesar NU dan Muhammadiyah, Persis memiliki ribuan Lembaga Pendidikan berupa sekolah, pesantren, Majelis Taklim, Masjid, dan Perguruan Tinggi yang tersebar luas di berbagai wilayah.
Para mubaligh Persis adalah ujung tombak dakwah Persis yang memiliki peran penting dalam membangun pola pikir keislaman dan kemasyarakatan di kalangan warga Persis khususnya. Di Jakarta dan sekitarnya, Persis memiliki puluhan Pesantren, sekolah, dan Perguruan Tinggi Islam.
Kepada para mubaligh Persis DKI Jakarta itulah, saya mengajak kita berjihad, untuk meyakini, bahwa Lembaga-lembaga Pendidikan kita adalah yang terbaik! Dengan itu, kita bangga dan anak-anak kita pun bangga menimba ilmu di lembaga-lembaga Pendidikan kita sendiri. Sebab, kita yakin, bahwa Lembaga Pendidikan kita adalah yang terbaik.
Dalam diskusi dengan para aktivis Persis beberapa waktu lalu, saya sudah menawarkan sejumlah gagasan praktis agar Persis menjadi organisasi yang hebat; menjadi organisasi Islam terdepan! Dalam usianya yang ke-97 tahun 2020 ini, Persis telah menorehkan banyak prestasi dalam dakwah Islam di Indonesia. Ke depan, Persis harus menjadi teladan dalam berbagai pemikiran dan bentuk aktivitas dakwah, baik dalam pendidikan, sosial, ekonomi, hukum, politik, dan lain-lain.
Pada saat yang sama, Persis harus membangun rasa percaya diri dan bangga dengan pemikiran dan keyakinannya, serta tidak perlu “terlalu dalam” berkutat dalam diskursus pemikiran yang kurang bermanfaat. Tetapi, Persis tidak boleh menutup diri dari berbagai pemikiran besar. Justru, Persis perlu menghimpun dan memilih pemikiran-pemikiran terbaik dari para ulama dan pemikir besar, sebagai bekal melangkah ke depan.
Saya menyarankan agar Persis lebih mengedepankan kualitas, ketimbang kuantitas. Anggota dan jamaah Persis saat ini sudah jutaan jumlahnya. Itu potensi yang sangat besar, jika dibina dan diberdayakan seoptimal mungkin. Tentu saja, jumlah besar dan berkualitas lebih bagus. Tetapi, jika harus memilih, maka menurut saya, kualitas lebih penting!
Lanjut baca,
https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/berharap-pada-mubaligh-mubaligh-persatuan-islam