BERKUNJUNG KE KAMPUS CHARLES DARWIN

BERKUNJUNG KE KAMPUS CHARLES DARWIN

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

Alkisah, pada Hari Kamis  (15 April 2010), dalam rangkaian perjalanan di Inggris, saya mendapat kesempatan mengunjungi University of Edinburg. Selama sekitar satu jam, saya melihat-lihat koleksi perpustakaannya. Sejumlah buku tentang sejarah peradaban, perbandingan agama, filsafat dan teologi, menarik perhatian, khususnya buku-buku karya para orientalis tentang Islam.

Saya baca sekilas sejumlah buku karya orientalis yang menggunakan judul “Mohamedanism” atau “Mohammedan Law” untuk menyebut agama Islam dan hukum Islam. Sampai awal abad ke-20, banyak orientalis menyebut Islam dengan “Mohamadenanism”. Itu kebiasaan orientalis dalam menyebut agama-agama, seperti Protestanism, Catholicism, Hinduism, Shikhism, Confusianism, Buddhism, Judaism, dan sebagainya.

Islam mereka perlakukan sama dengan agama-agama lain. Tentu saja, umat Islam tidak dapat menerima penamaan semacam itu untuk agama Islam. Sebab, nama agama Islam sudah diberikan Allah dalam al-Quran (QS al-Maidah: 3). Nama Islam sudah built-in dalam kitab suci al-Quran. Nama “Islam” bukan hasil penamaan manusia. Ini salah satu keunikan ad-Dinul Islam, yang dikatakan oleh Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas sebagai “the only genuine revealed religion”.

University of Edinburg adalah kampus tempat Charles Darwin kuliah. Tercatat di kampus itu, ia mulai kuliah pada Oktober 1825.  Darwin juga pernah mengajar di University College London (UCL), sehingga ada satu gedung di kampus itu yang kini diberi nama Darwin Building.

Jadi, Charles Darwin memang cukup dihormati di Inggris. Padahal, teori Darwin tentang evolusi kini sudah banyak mendapat tantangan. Bahkan, menurut seorang warga Indonesia, di sekolah-sekolah di Inggris, selain teori evolusi, juga diajarkan teori yang mengkritiknya. Tahun 2009 lalu, di sebuah kota di Selatan Inggris, dibuat pamaren besar-besaran untuk tentang teori evolusi. Sebab, mereka mulai terdesak. Kini, para pengkritik teori evolusi semakin banyak menemukan bukti-bukti baru yang menggugurkan teori Darwin tersebut.

Harun Yahya, misalnya, dalam bukunya, Atlas of Creation, memaparkan ratusan bukti penemuan fosil-fosil kuno hewan dan tumbuhan yang berumur jutaan tahun, dan ternyata sama persis dengan spesies sejenisnya. Secara keilmuan, teori bahwa manusia berasal dari makhluk ”sejenis kera” pun masih bersifat dugaan; tidak sampai taraf ilmu (yang pasti). Secara ontologis, aksiologis, dan epistemologis, teori itu pun salah.

Teori ini keliru menyamakan hakikat manusia dengan hakikat monyet. Sebab, manusia punya akal dan bisa membangun peradaban. Hingga kini, secerdas apa pun monyet, tidak mampu membangun peradaban sendiri. Begitu pula, harusnya sumber ilmu yang digunakan untuk menentukan asal-usul manusia adalah ”khabar shadiq (true report)”, bukan serangkaian praduga atas fakta-fakta yang ditemukan (fosil).

Lanjut baca,

http://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/berkunjung-ke-kampus-charles-darwin

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait

Tinggalkan Komentar