HARUSNYA TIDAK ADA PENGANGGURAN, PARA DAI DDII INI MEMBUKTIKAN

HARUSNYA TIDAK ADA PENGANGGURAN, PARA DAI DDII INI MEMBUKTIKAN

Artikel Terbaru ke-1.987

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

 

            Pada hari Selasa (10/9/2024), Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) melepas keberangkatan 137 guru ngaji atau dai muda ke berbagai daerah pedalaman mulai dari Aceh hingga Papua. Mereka disebar ke 26 provinsi, sesuai keperluan dan permintaan daerah-daerah.

            Seperti tahun sebelumnya, kali ini pelepasan para guru ngaji DDII dilakukan di Gedung MPR/DPR RI.  Acara dihadiri Wakil Ketua MPR RI, Dr. Muhammad Hidayat Nur Wahid. Dari jajaran pimpinan DDII hadir Sekjen DDII H. Avid Solihin dan segenap pengurus pimpinan pusat DDII lainnya. Hadir juga Rektor Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohamad Natsir, Dr. Dwi Budiman dan motivator Koh Denis Lim, serta mitra pendukung program DDII lainnya.

            Dr. Hidayat Nurwahid menyampaikan pentingnya kehadiran para dai atau guru ngaji DDII tersebut di segenap penjuru tanah air.  Mereka bukan hanya mengajar mengaji Al-Quran, tetapi juga turut memperbaiki akhlak masyarakat. Sebab, menurutnya, Indonesia saat ini mengalami darurat pornografi anak, darurat judi online, dan masalah moral lainnya.

            “Peran guru ngaji sangatlah penting untuk membenahi akhlak setiap umat Muslim, sehingga yang dilakukan DDII dinilai sebagai upaya menyelamatkan bangsa,” kata tokoh Partai Keadilan Sejahtera PKS) ini. Karena itulah, lanjutnya, "Kami dari DPR/MPR siap membersamai."

            Sementara itu, Sekjen DDII, Avid Solihin menjelaskan peran DDII sejak awal didirikan pada 1967 yang senantiasa berkomitmen untuk mengawal akidah umat dan mengokohkan NKRI. Sejak berdirinya, DDII di bawah kepemimpinan Mohammad Natsir telah berjuang mengokohkan NKRI dengan pengiriman dai-dai ke daerah-daerah perbatasan dan rawan aqidah.

Itulah cara Pak Natsir mengokohkan NKRI. Apalagi, beliau sendiri dikenal sebagai Bapak NKRI yang berjasa besar dalam mengembalikan Indonesia ke bentuk Negara Kesatuan melalui Mosi Integral M. Natsir pada tahun 1950. Pak Natsir kemudian diberi penghargaan sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 2008.

            Usaha pengiriman dai-dai ke segenap pelosok negeri itu kemudian dilanjutkan oleh para murid-murid pelanjut perjuangan Mohammad Natsir. Bahkan, pada tahun 1999, DDII resmi mendirikan Pusat Kaderisasi Dai Nasional bernama Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir.

Sampai tahun 2024, STID Mohammad Natsir telah meluluskan 1083 sarjana dakwah yang tersebar di 32 provinsi di Indonesia. Dan saat ini ada sekitar 1000 kader dai (mahasiswa) yang dididik dan dipersiapkan menjadi dai-dai di seluruh pelosok negeri.

Ada pelajaran berharga dari program perkaderan dan pengiriman dai-dai DDII selama bertahun-tahun. Jumlah permintaan dai senantiasa lebih besar dari pada lulusan STID M. Natsir. Tahun 2024 ini, ada permintaan sebanyak 267 dai. Tetapi, yang bisa dipenuhi hanya 137 dai. Mereka itulah yang dilepas di Gedung DPR/MPR, pada 10 September 2024 itu.

Mendidik anak-anak muda menjadi dai atau guru mengaji dan siap diterjunkan ke tengah-tengah masyarakat bukanlah hal mudah. Penanaman jiwa dakwah dilakukan melalui proses pendidikan yang berat dan melelahkan. Para sarjana itu menjalani pendidikan sebanyak tiga tahap. Pertama, 2 tahun di asrama. Kedua, 2 tahun tinggal di masjid (bagi mahasiswa). Dan ketiga, 2 tahun terjun langsung ke tengah masyarakat.

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/harusnya-tidak-ada-pengangguran,-para-dai-ddii-ini-membuktikan

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait