Artikel Terbaru ke-2.163
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Tahun 1977-1981 saya menjalani pendidikan tingkat SMP. Secara formal saya bersekolah di SMPN-1 Padangan, Bojonegoro. Jarak rumah saya dengan sekolah hanya sekitar 1,5 km. Sekolah formal saya jalani sebagaimana biasa. Yang menarik justru kegiatan-kegiatan di luar sekolah.
Ayah saya seorang guru SD. Setiap bulan beliau berlangganan majalah Panji Masyarakat dan al-Muslimun. Majalah Panji Masyarakat dipimpin oleh Buya Hamka. Secara rutin majalah itu saya baca. Khususnya Kolom Dari Hati Ke Hati. Sejak SMP itu, saya sudah memiliki pemahaman bahaya sekularisme dan mengikuti perkembangan politik nasional melalui majalah Panji Masyarakat.
Majalah Panji Masyarakat menjadi salah satu corong umat Islam ketika itu. Tahun 1970-an, pemerintah Orde Baru masih menerapkan kebijakan antagonis. Sekularisasi, depolitisasi, dan kristenisasi sangat gencar dilakukan oleh berbagai pihak. Umat Islam merasa tertekan dalam berbagai bidang kehidupan.
Di malam hari, setelah maghrib, saya mengaji “kitab-kitab kuning” seperti Kitab Bidayatul Hidayah, Sullamut Taufiq, dan al-Arba’in an-Nawawiyah. Yang mengajar adalah paman saya sendiri. Ia keluaran pesantren di Banyuwangi Jawa Timur. Setiap pagi ia pergi ke pasar untuk berjualan kain. Siang balik ke rumah dan sorenya menelaah kitab-kitab yang akan diajarkan.
Di hari-hari libur, saya terkadang membantu ibu jualan di pasar. Sesekali mengikuti ibu beli bahan dagangan ke Pasar Klewer dan Pasar Gede di Solo. Di rumah pun ada toko sederhana. Sehari-hari jualan minyak tanah. Di musim-musim tertentu ibu jualan produk pertanian tertentu, seperti asam jawa, tembakau, dan lain-lain.
Saya juga sudah bisa menjahit baju dan celana. Itu saya peroleh dari pelajaran ketrampilan menjahit di sekolah. Di bulan Ramadhan, biasanya saya sibuk menerima jahitan. Ayah dan ibu saya juga penjahit, sehingga kami sibuk dengan banyak pesanan jahitan.
Di luar aktivitas itu, masih ada lagi kegiatan rutin bersama teman-teman di kampung. Karena dekat dengan sungai dan Bengawan Solo, aktivitas berenang dan mencari ikan merupakan kegiatan rutin. Saya bisa membuat jala sampai menjala ikan di sungai. Jadi, mirip-mirip kegiatan anak-anak bolang (bocah petualang).
Sebagai kepala sekolah, ayah saya sering membawa buku-buku bacaan dari Dinas Pendidikan. Saya suka membaca buku-buku cerita, terutama fiksi, baik yang hanya dalam bentuk tulisan maupun yang bergambar (komik). Saya juga suka membaca majalah bebahasa Jawa Panjebar Semangat.
Lanjut baca,
https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/indahnya-pendidikan-tingkat-smp-di-kampung