INDONESIA TIDAK MAJU, KARENA TUHAN PUN TIDAK DITAKUTI

INDONESIA TIDAK MAJU, KARENA TUHAN PUN TIDAK DITAKUTI

 Artikel ke-1.406

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

            “Indonesia tidak maju karena di sini, Tuhan pun tidak ditakuti.”  Itu adalah pernyataan dari Prof. Salim Said di sebuah stasiun TV swasta beberapa tahun lalu. Pernyataan itu masih bisa kita simak di kanal youtube. (https://www.youtube.com/watch?v=cnriO5l7ymM).

            Prof. Salim Said menjelaskan dengan retorika berapi-api, kenapa negara Singapura maju; kenapa Korea Selatan maju; kenapa Taiwan maju; kenapa Israel maju? Karena ada yang mereka takuti! Taiwan takut sama Cina daratan; Korea Selatan takut sama Korea Utara; Singapura takut karena mayoritasnya Tionghoa berada di tengah lautan orang Melayu. Isreal takut karena berada di tengah lautana Arab.

“Kalau dia tidak hebat, ya dikremus. Indonesia, Tuhan pun tidak ditakuti! Jadi, kalau tanya kenapa tidak maju kita, Tuhan pun tidak ditakuti!” begitu kata Prof. Salim Said disambut gelak tawa moderator dan peserta diskusi.

Pernyataan Salim Said itu perlu kita camkan! Menurutnya, para pejabat yang ditangkap KPK, semuanya telah disumpah dengan kitab suci. Mereka semua melanggar sumpah. Itu artinya ia tidak takut pada Tuhan. “Satu bangsa, tidak ada yang ditakuti, tidak akan maju!” tegas pengamat politik dan militer itu.

Pernyataan Salim Said itu mengingatkan kembali pada Pidato budayawan terkenal, Mochtar Lubis, tahun 1977, bahwa ciri utama manusia Indonesia adalah munafik. Apa yang dilakukan, berbeda dengan apa yang dikatakan. Padahal, jujur adalah kunci kebaikan. Kata Nabi Muhammad saw, ciri orang munafik ada tiga: (1) Jika berkata, ia dusta (2) Jika berjanji, maka ia ingkari, dan (3) Jika diberi amanah, maka akan ia khianati.

Bangsa Indonesia telah menetapkan dasar negara yang kokoh, dengan meletakkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai sila pertama dari dasar negara. Maka, sepatutnya, bangsa Indonesia adalah bangsa yang menjadikan ajaran dan nilai-nilai Ketuhanan (wahyu-Nya) sebagai landasan utama dalam kehidupan pribadi, berbangsa, dan bernegara.

Maknanya, loyalitas pertama dan utama dari bangsa ini, adalah loyalitas kepada Tuhan. Prinsip ini merupakan adab dalam bernegara bagi seorang muslim, sebagaimana pernah diceramahkan oleh Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas, di Festival Budaya Islam Internasional di Manchester, 1975.

Ketika itu, Prof. Naquib al-Attas menyatakan: “State and goverments change from time to time, and if loyalty were to be directed to them then the values will also change. So in Western society change is something natural. They say that society which does not change is strange and unnatural. Obviously if you will place your loyalty with Allah, He does not change. That what is meant by the validity of absolute values. We deny the possibility of relative values except in certain domains.”

            Jadi, kata Prof. al-Attas, negara dan pemerintahan selalu datang silih berganti, namun tidak demikian dengan Tuhan. Maka sudah sepatutnya, loyalitas tertinggi manusia diberikan kepada Tuhannya, sebab Tuhan Yang Maha Esa, yakni Allah SWT, tidak pernah berubah.

Berbeda dengan tradisi peradaban Barat yang memandang perubahan sebagai sesuatu yang alamiah; masyarakat yang tidak berubah dipandang aneh dan tidak alami. Padahal, dalam pandangan Islam, disamping ada nilai-nilai yang berubah, ada pula nilai-nilai absolut yang tidak berubah sepanjang zaman. Ketaatan kepada Allah yang tidak pernah berubah merupakan bukti adanya nilai-nilai absolut tersebut.

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/indonesia-tidak-maju,-karena-tuhan-pun-tidak-ditakuti

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait