Dr. Adian Husaini, seorang ulama dan cendekiawan, bertemu dengan idolanya, Prof. Dr. K.H. Miftah Farid, di Bandung.
adianhusaini.id, Bandung-- Pertemuan ini menjadi momen istimewa bagi Dr. Adian Husaini, yang telah mengenal Prof. Miftah Farid melalui buku-buku legendarisnya, seperti Doa-Doa Pilihan dan Pokok-Pokok Ajaran Islam, sejak ia masih mahasiswa di IPB Bogor pada tahun 1980-an. Dalam pertemuan tersebut, Dr. Adian Husaini menyerahkan buku terbarunya tentang Muhammad Natsir kepada Prof. Miftah Farid, yang kini mengemban amanah sebagai Ketua Yayasan Universitas Islam Bandung, Ketua Umum MUI Kota Bandung, dan Ketua Dewan Pertimbangan MUI Jawa Barat.
Dalam obrolan santai, Prof. Miftah Farid, yang kini berusia 83 tahun, mengenang pertemuannya dengan sosok M. Natsir. Ia pertama kali mengenal M. Natsir melalui bukunya, Kapita Selekta, saat masih menjadi mahasiswa. Pada tahun 1970, setelah lulus S1, ia diperkenalkan langsung kepada M. Natsir oleh senior-seniornya dari ITB, termasuk Profesor Ali Imad. Momen tersebut menjadi kenangan tak terlupakan bagi Prof. Miftah Farid, yang merasa gembira bisa bertemu langsung dengan tokoh yang bukunya telah ia baca dan kagumi.
Prof. Miftah Farid juga mengenang humor khas M. Natsir. Saat diperkenalkan sebagai "politisi muda" karena keaktifannya sebagai pimpinan HMI dan Ketua HMI Solo, M. Natsir memberikan nasihat jenaka yang mendalam. "Kalau ingin cepat melakukan perbaikan, cepat populer, bisa juga cepat kaya, tapi harus cepat juga masuk penjara," kata M. Natsir, "pilihlah politik". Mendengar nasihat itu, Prof. Miftah Farid hanya bisa tersenyum karena tidak berani menanggapi tokoh besar tersebut.
Selain itu, Prof. Miftah Farid juga menceritakan pengalamannya dilibatkan dalam World Assembly of Muslim Youth (WAMY) oleh Bang Imad, hingga mengikuti muktamar di Riyadh. Pada kesempatan tersebut, ia berkesempatan bertemu kembali dengan M. Natsir, bahkan tidur di kamar yang sama karena tidak memiliki tempat menginap. M. Natsir juga memberikan beberapa buku khusus kepadanya, salah satunya berjudul Fiqh Dakwah.
Prof. Miftah Farid berharap generasi muda saat ini dapat meneladani sosok M. Natsir, yang ia gambarkan sebagai "politisi bersih" dan "pendakwah yang sukses". Ia sangat mengagumi sikap M. Natsir yang tidak memiliki musuh dan selalu menganggap semua orang sebagai akrab, bahkan jika berbeda pandangan politik.
Pertemuan ini ditutup dengan doa dari Dr. Adian Husaini agar Prof. Miftah Farid senantiasa diberikan kesehatan, karena umat masih sangat membutuhkan nasihat dan keteladanannya. Dr. Adian Husaini juga menegaskan bahwa pengaruh M. Natsir begitu besar, bukan hanya dari pemikirannya, tetapi juga dari keteladanan dan sikapnya yang patut dicontoh oleh generasi penerus.
Link Youtube: https://youtu.be/gMOmy5ZOQxo