Artikel ke-1.457
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Pada hari Ahad (26/2/2023), saya melanjutkan kajian bulanan tentang pendidikan Islam di Masjid Darussalam Kota Wisata, Cibubur, Jakarta Timur. Sebelumnya, saya telah membahas konsep dan aplikasi pendidikan berdasarkan QS Luqman ayat 12-19. Setelah itu saya lanjutkan ke kajian tentang Pendidikan Tinggi dalam Pandangan Islam.
Kajian itu berlangsung singkat; habis shalat maghrib berjamaah sampai datangnya waktu shalat Isya. Seperti biasanya, ratusan jamaah hadir. Pertemuan sebelumnya, saya membahas pentingnya memahami pendidikan tinggi dalam pandangan Islam.
Bahwa, pendidikan tinggi adalah pendidikan untuk orang dewasa. Yakni, orang-orang yang sudah memasuki usia akil baligh. Mulai umur 15 tahun, sepatutnya anak-anak sudah dididik dengan konsep pendidikan tinggi, bukan dengan pendidikan rendah. Sebab, mereka sudah dewasa.
Jika ditelaah dengan cermat, sejatinya sukses dakwah Rasulullah saw merupakan satu bentuk pendidikan tinggi yang berkualitas tinggi. Dakwah ini diawali dengan perubahan pandangan hidup, melalui turunnya ayat-ayat pertama dalam QS al-‘Alaq: “Iqra’ bismi rabbikalladzi khalaq! Khalaqal insana min ‘alaq. Iqra’ wa-rabbukal akram. Alladzi ‘allama bil-qalam. ‘Allamal insana ma lam ya’lam.”
Ayat-ayat pertama ini memberikan panduan kepada manusia bagaimana cara memahami alam ini. Bahwa dalam membaca, harus menyertakan nama Allah, sebagai sang pencipta. Manusia juga dipahamkan siapa dirinya dan dari mana asalnya. Lalu, ia pun dikenalkan dengan Tuhan yang menjadi sumber ilmu, yang mengajar manusia tentang hal-hal yang tidak diketahuinya.
Pada ayat-ayat berikutnya, Rasulullah saw diperintahkan mulai menyampaikan dakwah kepada lingkungan dekatnya. Istri tercinta, Khadijah r.a., segera menyambut dakwah Nabi. Lalu, dilanjutkan dengan Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar ash-Shiddiq, dan seterusnya. Jika ditelaah, perjalanan dakwah Nabi saw pada tahap-tahap awal ini merupakan bentuk penanaman adab (ta’dib) dan pembelajaran tentang ilmu-ilmu yang bermanfaat.
Itulah yang disebut sebagai Worldview of Islam; pandangan hidup Islam. Adab pertama yang ditanamkan adalah adab kepada Allah. Yakni, mentauhidkan Allah, dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun juga. Untuk bisa beradab kepada Allah, maka harus beradab juga kepada utusan Allah. Sebab, hanya melalui utusan-Nya, manusia mengenal Allah dan mengenal cara beribadah kepada-Nya.
Dalam pendidikan tinggi, adab kepada Allah ini harus mendapat perhatian yang sangat serius. Para mahasiswa perlu dijauhkan atau diberikan kemampuan untuk memahami dan mengatasi paham Pluralisme Agama, yang sejatinya sangat tidak beradab kepada Allah. Sebab, dalam pluralisme agama, semua agama harus dipandang sama-sama benar dan diletakkan pada derajat yang sama. Dalam Pluralisme Agama, menyembah Allah dan menyembah patung harus dipandang sama-sama sah.
Lanjut baca,