Artikel Terbaru ke-2.113
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Setelah melakukan pembantaian (genosida) selama 15 bulan, akhirnya Zionis Israel berhasil dipaksa untuk menghentikan perang. Di berbagai media, ditulis bahwa gencatan senjata itu terjadi antara Isarel dengan Hamas. Secara politik, ini kemenangan Hamas. Sebab, Hamas telah disejajarkan dengan Israel – salah satu negara dengan kekuatan militer tercanggih di dunia.
Tentu saja, Perjanjian Israel-Hamas itu disambut gembira oleh Palestina dan juga umat Islam di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia, aksi-aksi demonstrasi digelar untuk merayakan perjanjian tersebut. Tentu saja dengan terus disertai perasaan was-was, bahwa Zionis Israel akan dengan mudah melanggar perjanjian, sebagaimana sering terjadi di masa lalu.
Para mujahidin Palestina dan pendukung-pendukungnya di berbagai belahan dunia memahami kelakuan Israel semacam itu. Hanya saja, mereka juga memahami, bahwa kekuatan negara Zionis Israel tidaklah seperti dulu. Dukungan politik internasional terhadap negara Yahudi yang rasis tersebut semakin menurun. Sebaliknya, dukungan internasional terhadap Palestina semakin menguat.
Dukungan itu bahkan datang dari negara-negara Eropa, Afrika, Amerika Latin, dan Asia. Salah satu senjata utama negara Zionis, yaitu “Opini” telah runtuh. Israel kewalahan menghadapi tekanan opini global yang membuktikan kebiadaban yang mereka lakukan terhadap anak-anak dan wanita Palestina.
Bahkan, tidak sedikit orang-orang Eropa dan Amerika yang tercerahkan hati nuraninya menyaksikan ketabahan wanita dan anak-anak Palestina dalam menerima ujian hidup. Seorang wanita membagikan videonya yang mengharukan.
Ia tertarik menyaksikan ketabahan wanita Palestina yang menerima kematian anaknya dengan sabar. Ia pasrah dan menerima itu sebagai keputusan Tuhan. Ia rela dan tidak mengalami tekanan batin. Akhirnya si wanita itu mempelajari al-Quran. Semakin kejam dan biadab Israel, semakin besar simpati dunia kepada Palestina. idei
Di internal Palestina, tampak semangat perjuangan yang semakin menguat. Dikabarkan di berbagai media, bahwa tentara Israel pun keheranan menyaksikan banyaknya tentara pejuang Palestina – seperti tiada habis-habisnya. Mereka tidak semakin melemah perjuangannya, meskipun banyak pimpinan mereka sudah dibunuh Israel.
Kaum Yahudi itu tentu sangat memahami, bahwa pemahaman jihad fi-sabilillah akan terus mengobarkan semangat perlawanan terhadap penjajah Israel. Sampai kapan pun. Dalam jihad fi-sabilillah, hanya ada kemenangan, baik bagi gugur sebagai syuhada, maupun yang meraih kemenangan di dunia.
Para penjajah – sejak dulu – memahami dahsyatnya kekuatan konsep jihad umat Islam ini. Karena itu, para penjajah senantiasa berusaha melemahkan semangat jihad dengan menanamkan virus “wahn” (cinta dunia dan takut mati) dan pecah belah sesama umat Islam. Politik “devide et impera” sangat mungkin sedang dilakukan oleh kekuatan-kekuatan pro-zionis. Semoga saudara-saudara kita di Palestina menyadari benar akan bahaya dua penyakit ini.
Lanjut baca,