Oleh: Dr. Adian Husaini
Pada hari Kamis (2/3/2023) saya mengisi Kajian Bulanan Webinar di Masjid Al-Irsyad Surabaya dengan tema: “Kiat Menjadikan Masjid sebagai Pusat Pendidikan.” Di masa Nabi Muhammad saw, masjid memang menjadi pusat ibadah, pusat ilmu, pusat pendidikan, dan juga pusat dakwah.
Di masa Nabi ada masjid yang sempat dihancurkan (masjid dhirar). “Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka bersumpah: “Kami tidak menginginkan sesuatu kecuali untuk kebaikan”. Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta.” (QS At-Taubah: 107).
Pada ayat berikutnya, Allah melarang orang mukmin untuk shalat di masjid tersebut. “Janganlah kamu bersembahyang dalam masjid itu selama-lamanya. sesungguh- nya masjid yang didirikan atas dasar taqwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalam masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (QS. At-Taubah: 108).
Jadi, ada dua jenis masjid: yaitu masjid yang dibangun atas dasar taqwa, dan masjid yang dibangun bukan atas dasar ketaqwaan. Bahkan, ada masjid yang dibangun untuk merusak umat Islam dan memecah belah umat, yaitu masjid dhirar.
Kita berharap, masjid-masjid kita termasuk kategori yang dibangun atas dasar taqwa dan juga berguna untuk membangun pribadi dan masyarakat taqwa. Sebab, hanya masyarakat yang beriman dan bertaqwa yang akan mendapatkan berkah dari Allah SWT. (QS al-A’raf: 96).
Lanjut baca,
https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/integrasi-masjid-dalam-kurikulum-pendidikan
