JIKA TIDAK BANGGA, BAGAIMANA BISA BANGKIT DAN MENANG

JIKA TIDAK BANGGA,  BAGAIMANA BISA BANGKIT DAN MENANG

 

 Artikel ke- 1.812

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

        Bulan-bulan ini, banyak sekali paparan berita tentang ranking kampus-kampus terbaik yang perlu dijadikan sebagai prioritas tujuan kuliah para pelajar kita. Jika kita cermati beberapa versi penentuan kampus terbaik itu, tak ada satu pun yang memasukkan kriteria iman, taqwa, dan akhlak mulia.

Berita-berita itu – secara implisit – menanamkan pemahaman, bahwa untuk menjadi yang terbaik, faktor iman, taqwa dan akhlak, tidak perlu diperhatikan. Atau, setidaknya, itu bukan aspek terpenting dalam meraih kesuksesan dan keunggulan. Ada yang menanggap soal iman dan akhlak bukan urusan kampus, tetapi urusan pribadi dan keluarga.

Cara penentuan kampus terbaik seperti itu sejatinya bertentangan dengan konstitusi dan UU Pendidikan Tinggi (UU No 12/2012), yang secara tegas mengutamakan aspek iman, taqwa, dan akhlak mulia. Maknanya, tugas kampus (universitas, institut, sekolah tinggi) bukan hanya melahirkan pekerja yang profesional, tetapi kampus wajib melahirkan sarjana-sarjana yang bertaqwa dan berakhlak mulia.

Jadi, kewajiban kampus bukan hanya memberikan pelajaran agama yang hanya 2 SKS dari sekitar 140 SKS yang diwajibkan. Mereka wajib menjalankan proses pendidikan untuk melahirkan manusia beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia!

 Jika kampus-kampus yang dikatakan sebagai yang “terbaik” itu tidak menjalankan tugasnya sebagai “pendidik”, maka kampus-kampus itu akhirnya menurunkan derajatnya menjadi semacam “Balai Latihan Kerja”.

Untuk bisa bekerja dan manidri, itu hal penting. Tetapi, itu bukan yang terpenting dalam rumusan pendidikan nasional kita. Dan praktik pendidikan yang tidak mengutamakan iman taqwa dan akhlak mulia ini, ke depannya akan melahirkan banyak sarjana yang merusak diri, keluarga, dan masyarakatnya. Mungkin sarjana itu pintar, kaya, dan berkuasa, tetapi merusak masyarakatnya.

Realitas kampus-kampus seperti ini patut dipahami dengan sebaik-baiknya. Tujuannya supaya orang tua dan calon mahasiswa benar-benar disiapkan keimanan dan keilmuan Islam yang memadai agar siap menjalani proses pendidikan di kampus tersebut. Disamping menjalani kuliah di Perguruan Tinggi yang sekular, maka mahasiswa harus melengkapi pendidikannya dengan belajar ulumuddin secara serius, dan bukan sambilan.

Dampak lain dari berita besar-besaran tentang ranking-ranking kampus adalah hilangnya rasa bangga (‘izzah) banyak pelajar muslim untuk menempuh pendidikan tingginya di kampus-kampus Islam yang baik. Yakni, kampus-kampus yang benar-benar mendidik mahasiswanya menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia. Bahkan mendidik mahasiswa menjadi dai, guru, atau pejuang penegak kebenaran.

Kampus-kampus Islam seperti itu dianggap kurang bermutu karena kebanyakan lulusannya tidak bekerja di tempat-tempat yang memungkinkan mendapatkan banyak uang. Jika rasa bangga dan rasa percaya diri kuliah di Perguruan Tinggi Islam sudah hilang, maka tidak akan muncul keunggulan dan kemenangan dalam perjuangan.

Lanjut baca,

JIKA TIDAK BANGGA, BAGAIMANA BISA BANGKIT DAN MENANG (adianhusaini.id)

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait