Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Tanggal 14 Desember 1904 adalah hari bersejarah bagi gerakan misi Katolik di Indonesia. Pada tanggal itulah, untuk pertama kalinya, ada 171 oran Jawa yang dibaptis massal di Yogyakarta. Aktor utama pembaptisan adalah Fransiskus Gregorius Van Lith, yang dikenal dengan sebutan Romo Van Lith.
Dalam sebuah laman Gereja Katolik ditulis: “Pada 14 Desember 1904 Romo Van Lith membaptis 171 orang desa dari daerah Kalibawang di Sendangsono, Kulon Progo. Ke-171 orang tersebut adalah pribumi pertama yang memeluk Katolik. Selain itu, masih banyak lagi kiprah beliau untuk Indonesia tercinta. Ya, meski kelahiran Belanda, Romo Van Lith selalu memperjuangkan kepentingan kaum pribumi. Sungguh, seorang tokoh yang sangat inspiratif!” (http://www.parokisantahelena.or.id/2016/09/franciscus-georgius-josephus-van-lith/
Kiprah van Lith dalam menjalankan misi Katolik ditulis dalam buku karya Fl. Hasto Rosariyanto SJ, berjudul Van Lith, Pembuka Pendidikan Guru di Jawa, Sejarah 150 th Serikat Jesus di Indonesia” (Yogya: Universitas Sanata Dharma, 2009).
Van Lith lahir pada 17 Mei 1863 di Oirschot, Belanda. Pada Oktober 1896 ia datang di Jawa dan setahun kemudian, 1897, ia membuka Kolese Xaverius di Muntilan. Sejak awal, Van Lith sangat menekankan masalah pendidikan dalam menjalankan misinya. Ia berkesimpulan, masa depan Gereja Katolik di Indonesia akan ditentukan pada sumbangannya terhadap pendidikan pribumi: “Karya missi manapun yang tidak mulai dengan atau yang tidak berakar pada pendidikan akan menemui kegagalan.”
Sekolah yang dikembangkan Van Lith adalah sekolah guru (Kweekschool). Sekolah ini bersistem “asrama”. Sekolah yang diberi nama Kolese Xaverius Muntilan ini, juga mendapat keistimewaan dari pemerintah Belanda. Status sekolah ini mendapat persamaan dengan sekolah-sekolah pemerintah Belanda. Ijazahnya diakui sama dengan sekolah pemerintah. Artinya, lulusan sekolah ini diberi hak yang sama dengan sekolah milik Belanda untuk menjadi guru di sekolah-sekolah negeri.
Dan karena pada waktu itu menjadi guru di sekolah pemerintah merupakan satu hal yang sangat bergengsi, maka dengan kemurahan Van Lith dalam urusan biaya, membuat orang-orang Jawa berhimpun untuk datang ke Muntilan dengan satu hasrat: mendapatkan pendidikan yang berkualitas agar nantinya memperoleh sebuah pekerjaan yang lebih baik.
Bukan mudah bagi Van Lith untuk memperoleh murid. Ia berkeliling dari satu rumah kerumah lainnya dengan tujuan pastoral. Sebab ketika itu orang-orang Jawa masih kental dengan keislamannya. Melayu ketika itu selalu diidentikkan dengan muslim. Pada awalnya orang-orang Katolik dicurigai sebagai kelompok kanibal. Sebab, mereka minum darah dan makan daging manusia didalam perayaan keagamaan (perayaan ekaristi).” Bahkan, sampai ada yang menyatakan, “Orang Kristen itu nanti kalau mati jadi celeng. Gak akan bisa berkumpul dengan kerabatnya lagi.”
Lanjut baca,
https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/ketika-171-orang-jawa-dibaptis-massal