Artikel Terbaru (ke-1.597)
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Tasyakkur 25 Tahun Perguruan At-Taqwa Depok pada 19 Juli 20203 (1 Muharram 1445 H) sungguh sangat menggembirakan dan mengharukan, bagi kami. Dihadiri oleh 700-an peserta, Tasyakkur itu berhasil menggambakan sebuah proses dan hasil pendidikan yang kami cita-citakan: terbentuknya insan adabi (manusia beradab).
Para tamu undangan yang hadir juga sangat istimewa. Selain guru, wali santri, alumni, dan juga para santri, hadir banyak sekali tokoh dan pegiat dalam bidang pendidikan. Diantaranya ada Dr. Dipo Alam (Menteri Sekretaris Kabinet di masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono), Fahri Muhammad (tokoh media yang juga wakif tanah Pesantren At-Taqwa Depok), Ketua dan Sekretaris Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT), sejumlah pimpinan pesantren dan sekolah Islam dari Jabodetabek, Pandeglang, Cirebon, Solo, dan juga Purbalingga. Dan sebagainya.
Tentu saja, semua prestasi para santri itu adalah berkat rahmat Allah SWT. Kerja keras para guru dan para santri At-Taqwa serta doa-doa mereka dikabulkan oleh Allah SWT. Hasilnya, sebuah prosesi yang mampu menggambarkan satu model pendidikan ideal beserta hasilnya. Sekali lagi, hasil pendidikan adalah karunia Allah SWT, bukan karena kerja para guru pesantren At-Taqwa.
Hari ini, sebanyak 23 wisudawan menampilkan diri mereka sebagai sosok-sosok yang beradab jiwa raga, serta memiliki kemampuan intelektual yang mumpuni. Itu tercermin dari skripsi-skripsi yang mereka tulis, yang membahas masalah-masalah besar yang dihadapi oleh umat dan bangsa Indonesia, beserta tawaran solusinya. (Lihat: https://adianhusaini.id/detailpost/skripsi-skripsi-santri-belia-yang-mengguncang-peradaban).
Para wisudawan lulusan Pesantren Tinggi At-Taqwa (At-Taqwa College) itu rata-rata berumur 17-19 tahun. Secara formal, mereka juga baru lulus pendidikan tingkat SMA. Selama 4-6 tahun menjalani pendidikan di Pesantren At-Taqwa Depok, mereka dilatih jiwa, raga, dan pemikiran mereka, agar menjadi manusia seutuhnya.
Skripsi para santri itu sudah melalui proses pembimbingan dan ujian, seperti laiknya skripsi sarjana strata-1. Padahal, mereka sejatinya lulusan SMA. Secara fisik, tampak mereka berbadan sehat dan kuat. Mereka diwajibkan mengikuti olah raga bela diri silat. Penampilan silat para santri itu memukau banyak hadirin. Bahkan, seorang wisudawan mampu memecah lima habel, dengan pukulan satu tangannya.
Dalam kurikulum pendidikan di Pesantren At-Taqwa Depok, tidak dikenal pembagian intra-kurikuler, co-kurikuler, dan ekstra-kurikuler. Semuanya adalah kurikuler. Kurikulum dirumuskan berdasarkan konsep ilmu dalam Islam, khususnya penempatan ilmu-ilmu fardhu ain dan fardhu kifayah secara proporsional.
Dalam kaitan inilah, ilmu bela diri kami masukkan sebagai ilmu dan ketrampilan yang wajib dijalani oleh para santri. Sebab, Rasulullah saw bersabda, bahwa mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah. Sabda Nabi itu perlu diwujudkan dalam pendidikan, sebab para santri adalah kader-kader pejuang yang berkewajiban mengemban amanah risalah kenabian. Yakni, menegakkan Tauhid dan mewujudkan pribadi-pribadi yang berakhlak mulia.
Lanjut baca,